Negara Jepang terbagi menjadi 47 prefektur dan penduduk di masing-masing prefektur memiliki karakterisktiknya sendiri. Misalnya pola pikir serta gaya hidup yang terbentuk karena sejarah masa lampau, alam hingga kebudayaannya belum tentu dimengerti oleh penduduk dari prefektur lain. Sungguh menarik ketika mendapati meskipun negara ini kecil, ternyata masih memiliki perbedaan yang nyata antara satu prefektur dengan prefektur lainnya. Sulit untuk mengetahui kebiasaaan penduduknya apabila kita hanya berwisata sebentar saja, oleh sebab itu dalam serial artikel ini, kami akan mengupas kebiasaan unik dan menarik dari berbagai prefektur. Artikel ketiga kali ini, akan mengulas mengenai Miracle World Osaka.
Ini dia cetakan takoyaki yang populer dan wajib ada di setiap rumah
Hampir di setiap rumah, alat cetakan Takoyaki ini dapat ditemui di Osaka. Warga Osaka memiliki persepsi dimana Takoyaki adalah hidangan yang dimasak bersama di rumah bukan dibeli di kedai-kedai. Cetakan Takoyaki diletakkan ditengah-tengah lalu Takoyaki yang telah matang dijadikan lauk untuk dimakan bersama nasi putih merupakan pemandangan sehari-hari di Osaka.
JIka kamu ada kesempatan bertandang ke rumah orang Osaka, Kamu mungkin ada kesempatan membuat Takoyaki di meja makan mereka, dan dimakan bersama dengan nasi sebagai lauk pauk.
Makanan yang terkenal di daerah Tsutenkaku adalah “Kushikatsu”, hidangan berbentuk tusuk sate namun terbuat dari daging dan sayuran yang dibalut adonan tepung lalu digoreng. Di restoran manapun saus celup yang disediakan untuk kushikatsu disediakan dalam satu wadah namun untuk digunakan bersama pelanggan lain. Oleh sebab itu, ketika menikmati kushikatsu, setelah dicelupkan ke sausnya lalu dimasukkan ke mulut, maka kamu tidak diperkenankan untuk mencelupkan kembali kushikatsu yang telah digigit tadi. Hal inilah yang dimaksud dengan dilarang mencelup 2 kali, sehingga disebut NG (Not Good). Saus hanya boleh dicelupkan sekali saja sebelum masuk ke mulut.
Untuk apa ya? Ibu-ibu di Osaka selalu sedia permen di tasnya?
Warga Osaka sangat menyukai permen, sampai-sampai permen pun dipanggil “amechan” yang berarti si permen. Kenyataannya banyak sekali produsen permen di kota Osaka, dan kaum ibu di Osaka selalu menyimpan permen di tasnya. Mereka ini memiliki kebiasaan memberikan permen bagi orang yang disuka bahkan pada orang yang baru pertama kali bertemu. Hal ini merupakan sebuah cara untuk berkomunikasi.
Sulit berbicara tanpa menggunakan kata yang diasosiasikan dengan apa yang kita dengar (onomatopoeia)
Misalnya ketika menjelaskan arah jalan “pyutt lurus sedikit, lalu gyuntt belok di pojokan dokan disitu lah kira-kira”. Inilah penjelasan ala orang Osaka.
Percakapan sehari-hari yang jenaka antara si bodoh dan si pintar
Biasanya orang yang disukai adalah yang pandai melemparkan candaan baik sebagai si bodoh atau si pintar. Tetapi orang Osaka sendiri karena terbiasa pandai menangkis candaan, sehingga seringkali mereka terjebak dalam gurauan yang cukup rumit.
Budaya Tawar Menawar
Orang Osaka sangat menyukai segala sesuatu yang menantang. Dimulai dari pertanyaan seperti “Ini jadi berapa ya?” didepan deretan barang-barang yang ditawarkan. Kemudian ketika berhasil mendapatkan suatu barang dengan harga miring, akan pamer betapa pandainya seseorang dalam hal tawar menawar, seraya menunjukkan “Kelihatannya (saya beli) berapa coba?”.
Dekatnya jarak antar individu, sangat humanis
Orang Osaka terkenal dengan sikapnya yang hangat dan ramah, bahkan mereka tidak ragu untuk berbincang dengna orang yang berada disebelahnya meskipun tidak saling kenal. Tidak terasa aneh apabila keluar pertanyaan berapa pendapatanmu setahun pada orang yang baru dikenal. Terkadang kita merasa risih karena merasa terlalu dekat, tapi yang patut diingat adalah kehangatan orang-orangnya.
Selain itu sifat humanisnya yang luar biasa. Cerita apabila kita kehilangan sesuatu didalam bus maupun kereta, maka semua akan ikut membantu mencari kemudian bila nampak orang bolak balik macam tersesat, maka penduduknya dengan ramah akan menunjukkan jalan, seringkali kita dengar. Malah ada juga yang menawarkan bantuan dengan menyeret orang lain yang dirasa lebih paham dari dirinya tanpa kita minta. Sungguh kota yang penduduknya sangat humanis.
Sulit dipercaya bahwa karakter suatu prefektur bisa sedemikian berbeda di Jepang. Nantikan serial artikel berikutnya! Dalam artikel selanjutnya, kami akan mengulas mengenai prefektur yang letaknya persis disebelah Osaka namun kebiasaan masyarakatnya berbeda yaitu Kyoto!
Tinggalkan komentarmu di kolom sebelah kanan ya. Beritahu kami apabila kamu ingin mengetahui lebih jauh mengenai prefektur tertentu!
Serial artikel lainnya:
- 47 Prefektur Jepang Vol.1 – Inilah keistimewaan Hokkaido!
- 47 Prefektur Jepang Vol. 2 – Inilah keistimewaan Okinawa!
- 47 Prefektur Jepang Vol. 3 – Perbedaan cuaca yang ekstrim di Kyoto?
- 47 Prefektur Jepang Vol. 5 – Inilah keistimewaan Nara!
- 47 Prefektur Jepang Vol. 6 – Kekhasannnya Fukuoka ada di sini!
- 47 Prefektur Jepang Vol. 7– Inilah keistimewaan prefektur Saga!
- 47 Prefektur Jepang Vol. 8 – Inilah keistimewaan Prefektur Kagoshima!
- 47 Prefektur Jepang Vol. 9 – Tenang, Hangat dan Bangga dengan Kampungnya, Prefektur Chiba
- 47 Prefektur Jepang Vol.10 – Prefektur Aichi Yang Luar Biasa!
- 47 Prefektur Jepang Vol.11 – Ini hal yang luar biasa untuk warga Prefektur Tochigi!
- 47 Prefektur Jepang Vol.12 – Lebih sadar menjadi penduduk sebuah Kota, daripada sebuah Prefektur?
- 47 Prefektur Jepang Vol.13 – Kumamoto Yang Luar Biasa!
- 47 Prefektur Jepang Vol.14 – Nagasaki Yang Menakjubkan!
- 47 Prefektur Jepang Vol.15 – Prefektur Gunma dengan ciri khas yang unik!
- 47 Prefektur Jepang Vol.16 – “Dasaitama”? Bukaan! Ini adalah Prefektur Saitama!
47 Prefektur Jepang Vol.17 - Prefektur Yamanashi, Warga Yang Paling Menyukai Sushi
- 47 Prefektur Jepang Vol.18 - Prefekur Ishikawa, Alasan Paling Banyak Terdapat Wanita Berkulit Mulus di Jepang!
- 47 Prefektur Jepang Vol.19 - Prefektur Kanagawa, lonjakan jumlah orang Jepang yang melakukan ruralisasi dari Tokyo dan pindah ke Kanagawa!
Comments