Di Jepang, etiket makan sangatlah penting, dan sopan santun dan ekspresi rasa berterima kasih dan bersyukur dianggap hal yang paling penting. "Masakan Jepang" adalah merupakan salah satu Warisan Budaya Takbenda UNESCO, dan di Jepang terdapat aturan khusus dan etiket unik yang mengikuti sejarah dan tradisi yang panjang.
Kali ini, kami akan memperkenalkan prinsip dasar etiket makan di Jepang dan poin penting yang harus diketahui oleh orang asing saat makan di Jepang.
Sebelum makan, ucapkan "Itadakimasu" dan setelah makan, ucapkan "Gochisousama deshita"
Seperti yang dijelaskan secara detail dalam artikel "Otanjoubi omedetou", "Itadakimasu", "Tadaima", dan Ungkapan berguna lainnya saat belajar Bahasa Jepang!", sambil meletakkan kedua belah tapak tangan seperti berdoa, umumnya orang Jepang mengucapkan "itadakimasu" sebelum makan, baik di rumah maupun di restoran, dan mengucapkan "gochisousama deshita" setelah selesai makan.
"Itadakimasu" diucapkan untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada Tuhan dan orang yang telah mempersiapkan makanan. Ungkapan ini sangat penting dalam budaya Jepang dan digunakan sebagai bagian dari menunjukkan rasa terima kasih kepada orang lain dan alam saat makan.
"Gochisousama deshita" biasanya digunakan setelah selesai makan untuk menunjukkan rasa terima kasih kepada orang yang telah menyediakan makanan. Ungkapan ini juga digunakan saat ditraktir.
Mengapa orang Jepang menggunakan sumpit, bukannya sendok atau garpu?
Orang Jepang, pada saat makan biasanya menggunakan sumpit, bukan sendok atau garpu. Ada berbagai teori tentang asal-usulnya, tetapi sebagian besar orang percaya bahwa sumpit berasal dari zaman Yayoi (abad ke-9 dan 8 SM hingga abad ke-3 M). Ini adalah periode ketika Ratu Himiko memerintah Yamatai (salah satu negara yang diyakini ada di kepulauan Jepang). Pada saat itu, sumpit tidak digunakan untuk makan, tetapi untuk memberikan seserahan makanan kepada dewa. Sumpit pada saat itu adalah seperti pinset atau pencapit makanan, terbuat dari bambu yang dipotong menjadi dua.
Dan sumpit mulai digunakan untuk makan sekitar 1400 tahun yang lalu, sekitar zaman Asuka. "Ono no Imoko", seorang pejabat pemerintah Jepang, pergi ke Dinasti Sui (dinasti Cina pada saat itu) sebagai duta besar dan membawa budaya Cina kembali ke Jepang. Pada saat itu, di Cina sudah terdapat budaya makan nasi dengan sumpit. Maka dari itu, Pangeran Shotoku, anggota keluarga kerajaan, mengadopsi budaya makan dengan sumpit di istana. Dari sinilah sumpit mulai menyebar di Jepang. Pada saat itu, sumpit yang digunakan paling umum adalah sumpit yang terbuat dari bambu,bukan kayu.
Dalam beberapa teori lainnya, buku tertua di Jepang, "Kojiki" dan "Nihon Shoki" menulis bahwa sumpit telah ada di Jepang sejak lama, dan ada mitos yang mengatakan bahwa ketika salah satu dewa, Susanoonomikoto, saat melihat sungai, dia melihat sumpit yang mengapung di sungai tersebut. Selanjutnya, pada zaman Heian, orang Jepang pada saat makan, umumnya menggunakan sumpit.
Cara yang benar menggunakan sumpit
Jika kamu pergi ke restoran di Jepang, di hampir semua restoran kamu pasti diberi sumpit. Dan dalam penggunaannya juga terdapat etiket tertentu.
Konon disebut bahwa prinsip dasar penggunaan sumpit adalah dengan menggunakan ujung sumpit 1,5-3 cm, maka saat makan tidak akan membuat makanan berserakan. Saat ini, ujung sumpit yang berukuran hingga 4 cm dianggap bagus.
Ketika mengambil sumpit, pertama-tama ambillah sumpit dengan tangan kanan, lalu letakkan sumpit di atas tangan kiri. Alur tiga gerakan, di mana tangan kanan beralih ke cara memegang benda yang benar, akan terlihat indah dipandang mata.
Kamu dapat memeriksa informasi lebih lanjut tentang etiket sumpit di artikel "Etiket Penggunaan Sumpit di Jepang".
Pastikan untuk tidak melupakan etiket saat menikmati makanan di restoran saat jalan-jalan ke Jepang.
Saat menggunakan sumpit saat makan, menyiapkan penyangga sumpit akan membuatnya terlihat lebih indah. Membeli set "Sumpit & Penyangga Sumpit" sebagai oleh-oleh dari Jepang mungkin juga merupakan ide yang bagus.
Cara Menggunakan "Oshibori" dengan Benar
Saat memasuki restoran, tamu akan diberikan air putih (atau teh) dan "oshibori". Apakah kamu tahu alasan mengapa tamu diberi "oshibori"?
Pada zaman Edo (1603-1867), handuk katun mulai digunakan secara luas, dan untuk para pelancong, disiapkan ember berisi air dan handuk di pintu masuk penginapan yang disebut "hatago" , dan tamu menggunakan handuk tersebut untuk mengelap tangan dan kaki yang kotor.
Jepang adalah negara yang dikelilingi laut dengan iklim panas dan lembab yang mudah berkeringat. Ditambah lagi dengan sifat orang Jepang yang menjaga kebersihan, dari sinilah diyakini bahwa oshibori muncul . Kosakata "おしぼり/o-shibori" berasal dari tindakan "しぼる/ memeras" handuk basah pada zaman Edo untuk mengelap tangan dan kaki yang kotor.
Oshibori sekarang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari di Jepang. Untuk itu, terdapat cara yang benar dan sopan untuk menggunakan oshibori ketika makan di restoran atau izakaya.
Kondisi ketika oshibori diletakkan di meja saat datang ke restoran
- Buka dan lebarkan oshibori
- Bersihkan kedua tangan dengan hati-hati
- Lipat dengan hati-hati dan kembalikan ke posisi semula
Kondisi ketika oshibori diberikan kepada tamu secara langsung
- Ucapkan "Terima kasih" dan terima dengan tangan kanan
- Dari posisi itu, bersihkan kedua tangan dengan hati-hati
- Lipat dengan hati-hati dan letakkan di meja
Kondisi ketika menerima oshibori sekali pakai
- Ambil oshibori dan periksa tanda kebersihan pada pembungkus plastiknya
※ Tanda kebersihan adalah petunjuk untuk mengetahui keamanan dan kebersihan oshibori - Sobek ujung pembungkus plastik dan tarik oshibori dari sana. Lipat plastik yang tersisa dengan hati-hati dan letakkan, atau minta staf toko untuk membuangnya
- Buka oshibori dengan kedua tangan dan bersihkan tangan dengan hati-hati
- Lipat dengan hati-hati dan letakkan di meja
Jika minuman atau makanan kamu tumpah, panggil staf restoran dan minta lap meja untuk membersihkannya. Sebaiknya tidak menggunakan handuk basah untuk membersihkannya.
Di Jepang, "memakan semua makanan tanpa sisa" adalah dasar dari etiket makan
Di meja makan Jepang, adalah sebuah etiket untuk memakan semua nasi ataupun lauk yang ada di atas piring kita. Dengan memakan semua, kamu seakan menunjukkan rasa terima kasih kepada orang yang menyiapkan bahan makanan dan memasaknya.
Jika kamu ada alergi terhadap makanan tertentu atau ada makanan yang benar-benar tidak dapat kamumakan, kamu dapat memastikan bahan yang digunakan sebelum memesan di restoran, sehingga kamu dapat makan semuanya tanpa meninggalkan sisa.
"Memakan semua makanan tanpa meninggalkan sisa" juga berarti ucapan terima kasih, dengan kata lain mengucapkan bahwa "semua makanannya lezat" kepada orang yang membuatnya. Namun, jika jumlahnya lebih banyak dari yang diharapkan dan sudah merasa kenyang, atau jika kamu tidak dapat makan semuanya, kamu dapat meninggalkan sisa makanan.
Perbedaan Budaya: Mengeluarkan suara saat memakan Mie
Pernahkah kamu melihat orang Jepang yang membuat suara 'slurp' saat makan ramen atau udon di Jepang? Di negara lain, mungkin perilaku ini dianggap tidak sopan, tetapi di Jepang, itu bukanlah pelanggaran etiket. Ini berkaitan dengan 'budaya' dan 'tradisi'. Ini adalah 'sopan santun terhadap orang yang memasak makanan'. Namun, di Jepang, hanya mie dan sup yang boleh dimakan dengan mengeluarkan suara.
Bagaimana pendapatmu setelah membaca artikel ini? Informasi ini akan berguna saat makan bersama orang Jepang atau saat mengunjungi restoran atau izakaya saat jalan-jalan ke Jepang.
Comments