Hari ini dimulai dengan sarapan khas jepang kesukaanku: semangkuk nasi, ikan makarel panggang, sup miso lengkap dengan tahu dan rumput lautnya biar perut hangat dan ga lemes, karena begitu check-out dari hotel kita semua akan langsung menuju Sendai! Perjalanan 320km yang biasanya ditempuh dalam waktu empat jam menggunakan kendaraan biasa, bisa disingkat jadi 1,5jam saja berkat kereta cepat shinkansen.
Cuaca bulan Februari di Sendai dan Aomori tidak berbeda jauh, dipagi hari suhunya berkisar antara 1-5° celcius, disiang harinya berkisar 5-10° celcius. Namun sesampainya di Stasiun Sendai rasanya udara sedikit lebih dingin, mungkin karena hujan.
MAKAN SIANG DAN OLEH-OLEH KHAS SENDAI
Masih ada sedikit waktu untuk makan siang dan belanja oleh-oleh khas Sendai sebelum kita melanjutkan perjalan ke tempat wisata selanjutnya, supaya jalan-jalannya tidak terhambat oleh koper-koper yang kita bawa, Jum-san dan Cody-san mengajak kita ke tempat penitipan barang di lantai bawah. Ketika kita sampai, loker koin tempat biasa untuk menyimpan barang, semuanya sudah terisi. Ternyata selain di loker koin kita juga bisa menitipkan koper di tempat pengiriman barang ke hotel atau tempat tujuan lainnya yang jarang diketahui oleh wisatawan luar negeri. (Tapi jangan lupa untuk menanyakan hal ini pada petugas pengirimannya, karena tidak semua tempat punya kebijakan yang sama) Sungguh altenatif tips yang bermanfaat sekali!
Saatnya berburu makan siang! Karena di luar masih hujan, kita mencari restoran di dalam area stasiun. Sendai merupakan kota terbesar di Tohoku, maka tidak heran jika stasiunnya pun lumayan luas. Pencarian makan siang hari ini terbagi menjadi dua tim, tim gyutan dan tim non-gyutan. Aku tentu saja ikut di tim Gyutan, mana mungkin bisa melewatkan lidah sapi panggang makanan asli kota Sendai. Bersama dengan Cody-san, Maggie, dan Navi kita semua memesan menu yang sama. Harga Gyutan ini harganya tidak jauh berbeda dengan makanan yang dibeli pada saat di Bandara Haneda, dengan harga kisaran ¥1000 - ¥1500 (sekitar 130.000 IDR – 200.000 IDR) kita sudah bisa menikmati seporsi Gyutan, Rasanya sungguh nikmat!
Belanja oleh-oleh makanan khas Sendai di dalam stasiun tidak boleh dilewati. Seperti kebanyakan stasiun, di Stasiun Sendai tersedia berbagai macam oleh-oleh khas kota ini, Aku sendiri memilih mochi zunda (kacang edamame) sebagai oleh-oleh orang rumah. Untuk cemilannya aku memilih Zunda Mochi Petite, di dalam gelasnya terdapat 5 buah bola-bola kue beras yang disajikan dengan topping Zunda – pasta manis edamame, sekilas rasanya mirip pasta kacang merah, tapi zunda lebih wangi dan ada tekstur renyah. Merasa belum kenyang, pilihanku tertuju pada gorengan roti berbentuk bola-bola sate, ternyata nama makanannya adalah Abe Kana Hyotanage, di dalam adonan roti goreng ini terdapat dua buah baso ikan yang rasanya enak sekali! Wendy membeli Zunda Shake, perpaduan antara segarnya susu dan zunda, membuat Zunda shake ini tetap enak dinikmati walau udara dingin.
KUIL ZUIHODEN
Dengan menaiki taksi, kita semua menuju Kuil Zuihoden. Pilihan taksi ini bisa kita gunakan jika tidak ada transportasi umum lainnya, dan waktu yang dihabiskan juga lebih singkat jika dibandingkan dengan menggunakan bus atau kereta, aku bersama Jum-san, Navi, dan Zol berada disatu taksi, sementara yang lain menggunakan taksi yang berbeda.
Perjalanan dari Stasiun menuju Kuil tidak terasa jauh, hanya menghabiskan sekitar 7 menit untuk sampai disana. Beruntungnya saat kita sampai, hujan sudah reda. Untuk sampai di kuil kita harus menaiki sedikit anak tangga, tentunya bukan masalah jika dilakukan bersama sambil sesekali berfoto *\(^o^)/*
Zuihoden adalah tempat peristirahatan terakhir dari Masamune Date si “Naga Bermata Satu”, pendiri Sendai dan sosok yang sangat dihormati di wilayah tersebut. Kuil ini dibangun pada tahun 1931 namun yang kita lihat saat ini , bukan lagi bangunan aslinya karena pada jaman penjajahan tahun 1945 kuil tersebut dihancurkan. Dengan harga tiket masuk dewasa sebesar ¥550 (sekitar 70.000 IDR), kita bisa menikmati komplek kuil yang lumayan luas serta dihiasi oleh banyaknya pepohonan tinggi dan rindang.
Selain Zuihoden di dalamnya terdapat juga monumen Kansenden, Zennoden, Myonkaibyo, Okosamagobyo, dan museum tempat dipajangannya barang-barang peninggalan milik Masamune Date semasa hidup.
Tidak terasa saking betahnya di Zuihoden waktu sudah menunjukan jam 3 sore, itu artinya sudah waktunya kita untuk melanjutkan perjalan berikutnya. Penasaran kemana? ikuti artikelku selanjutnya! ~~~ヽ(*^ω^*)ノ
Comments