Rikkyo University punya sistem "pendaftaran dengan dokumen", sehingga para pelajar asing bisa ikut ujian tanpa perlu datang langsung ke Jepang.
Universitas ini juga populer sebagai tujuan tempat kuliah di Jepang, jumlah pelajar asing di sana ada sekitar 1000 orang dan juga difasilitasi dengan tempat ibadah.
Persentase ketenagakerjaan lulusan Rikkyo University juga 10 poin lebih tinggi dibandingkan rata-rata Universitas di Jepang.
Staf FJ berhasil masuk ke Universitas ini dan mewawancarai pelajar asing di sana.
FJ: Silakan perkenalan dulu.
Alyssa: Saya Alyssa dari Malaysia. Datang ke Jepang kira-kira 3 tahun lalu, dan awalnya saya belajar di sekolah bahasa Jepang bernama ABK College. Sekarang saya mahasiswa tingkat 2 di College of Intercultural Communication (CIC) di Rikkyo University.
FJ: Rikkyo University itu tempat seperti apa? Lalu, bagaimana dengan lingkungan belajarnya?
Alyssa: Bangunannya bagus. Terutama gedung utamanya (Building No. 1, Morris Hall) yang sangat indah.
Saya juga suka beberapa kelas di departemen saya. Materinya beragam, semua profesor yang mengajar juga punya pengetahuan yang luas dalam bidangnya dan sangat bersemangat. Jadi, benar-benar menarik untuk mendengar kuliah mereka.
FJ: Karena kampusnya dekat dari stasiun Ikebukuro, yang juga merupakan stasiun ketiga paling sibuk di Jepang, pasti daerah kampusnya praktis kan?
Alyssa:Iya, benar. Lokasi kampus Rikkyo benar-benar bagus dan praktis. Di dekatnya ada minimarket dan supermarket, juga banyak restoran enak. Untuk ke stasiun juga hanya perlu jalan kaki 10 menit. Dan kamu bisa mendapatkan hampir semua yang kamu butuhkan di sekitar sana.
Saya terutama sangat suka Minami Ikebukuro Park. Memang agak jauh dari kampus, tapi ini adalah tempat yang bagus untuk bersantai atau berkumpul bersama teman-teman. Bersantai sejenak di atas rumput, rasanya menyenangkan.
FJ: Bahasa pengantar di kelas kan bahasa Jepang.. Bagaimana menurutmu tentang bahasa Jepang? Sulit?
Alyssa: Saat tingkat 1, bahasa pengantar di kelas semuanya bahasa Jepang. Tapi, karena course saya "Dual Language Pathway", saya juga bisa memilih kelas yang bahasa pengantarnya bahasa Inggris. Setelah memilih kelas di tingkat 2, 60% dari semua kelas saya menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris.
Karena sudah cukup lama tinggal di sini, jadi saya rasa tidak ada masalah untuk percakapan sehari-hari. Tapi, kosakata bahasa Jepang juga masih cukup sulit, terutama yang berkaitan dengan urusan-urusan penting seperti asuransi kesehatan, akun bank atau hal-hal terkait visa, dsb. Kalau ada terminologi khusus yang digunakan, memahami percakapan pun jadi sulit.
FJ: Tempat-tempat seperti apa yang biasanya kamu kunjungi? Bagaimana cara kamu menjalani kehidupan kampus di Jepang?
Alyssa:Untuk kebanyakan hari kerja, saya biasanya ada di universitas atau bekerja.
Saya kerja sambilan di pusat informasi turis dekat Ikebukuro, yang sebenarnya memberikan saya banyak kesempatan untuk melatih kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Jepang.
Di universitas, saya menghabiskan waktu luang saya di Global lounge, entah untuk mengerjakan tugas atau berbincang dengan teman.
Saat liburan, saya biasanya tetap bekerja tapi kadang-kadang saya juga jalan-jalan (dalam Jepang maupun luar negeri).
Kalau tentang kehidupan sosial saya, saya punya banyak teman, baik orang Jepang atau pun orang asing, di perkumpulan yang bernama JOINUS. Ini adalah perkumpulan di mana mahasiswa Jepang dan pelajar asing bisa bersosialisasi, kadang-kadang piknik, berkemah, pesta, dll. Di sana seru loh.
FJ: Ada saran untuk mereka yang berpikir mau belajar ke Jepang?
Alyssa: Coba saja kalau ada kesempatan. Jepang benar-benar tempat yang menarik dan unik, jadi kalau tidak berpikiran terbuka, kamu akan kaget. Bersikaplah terbuka dengan perbedaan budaya, lalu cobalah untuk bertemu orang baru dan mendapat pengalaman baru. Datang ke sini dan bertemu orang-orang dengan latar belakang yang berbeda benar-benar mengajarkan saya banyak hal. Dan setiap pengalaman yang kamu dapatkan, akan membantumu berkembang jadi lebih baik.
Kalau kamu merasa khawatir untuk datang ke Jepang, jangan takut dengan resikonya. Datanglah dan bagaimana kalau kamu coba untuk merasakannya sendiri?
Comments