Kita lanjut dengan misteri Warabeuta! Tahukah kamu kalau ada serangkaian cerita horor pendek berdasarkan setiap warabeuta di Jepang? Nah, kalau kamu tidak tahu, jangan lewatkan artikel kali ini karena kami akan membawakan kamu kengerian yang disimpan sebuah lagu sederhana!
Tooryanse
Atau 通りゃんせ dalam bahasa Jepang. Permainan ini dimainkan seperti “Ular Naga”, tapi dua orangnya berperan sebagai Torii atau gerbang kuil. Seperti artikel sebelumnya, liriknya bisa mengarah ke Shichi-Go-San.
通りゃんせ 通りゃんせ
Tooryanse tooryanse
ここはどこの 細道じゃ
Koko wa doko no hosomichi ja
天神さまの 細道じゃ
Tenjin-sama no hosomichi ja
ちっと通して 下しゃんせ
Chitto tooshite kudashanse
御用のないもの 通しゃせぬ
Go-you no nai mono tooshasenu
この子の七つの お祝いに
Kono ko no nanatsu no o-iwai ni
お札を納めに まいります
O-fuda wo osame ni mairimasu
行きはよいよい 帰りはこわい
Iki wa yoi yoi kaeri wa kowai
こわいながらも
Kowai-nagara mo
通りゃんせ 通りゃんせ
Tooryanse tooryanse
Makna: Terjemahan Langsung
Biarkan kami lewat, biarkan kami lewat
Di mana jalan sempit ini?
Jalan sempit Tenjin-sama
Tolong biarkan kami lewat
Yang tidak ada urusan tidak boleh lewat
Untuk merayakan ulang tahun ketujuh
Kami datang membawa hadiah
Jalan di depan sangat sederhana, tetapi jalan kembalinya sangat sulit
Bahkan kalaupun sulit
Biarkan kami lewat, biarkan kami lewat
* こわい [kowai] berarti "lelah" dalam beberapa dialek, sedangkan 怖い [kowai] berarti "menakutkan".
Cerita Horor Singkat: Tooryanse
Seorang ibu sedang mengemudi keluar kota dengan putranya untuk pergi hiking ke sebuah kuil di gunung. Ketika mobil berhenti untuk membiarkan orang-orang menyeberang di persimpangan, ibu itu mengatakan kalau pada zaman sekarang bunyi penanda penyebrangan untuk orang dengan pandangan buruk cuma bunyi bip. Anak itu kemudian bertanya dulu bagaimana, jadi ibu itu menyanyikan Tooryanse untuk anaknya, lagu yang dulunya adalah penanda penyebrangan. Anak itu sepertinya menyukai lagunya.
Mereka berhenti ketika ponsel si ibu berdering: dia turun dari mobil dan berbicara dengan seorang pria muda di telepon dan bertanya apakah mereka dapat bersama ketika "ini selesai" dan apakah dia akan datang untuk membantu seperti yang dia janjikan. Ketika mobil kembali berjalan, anaknya sepertinya tahu kalau itu adalah pacar muda sis ibu.
Ketika mereka tiba di gunung, si ibu kembali menghubungi pacaranya, menanyakan keberadaannya di mana. Anehnya, dia tidak datang ke tempat janji mereka, jadi ibu itu meneruskan rencananya sendirian; naik ke gunung bersama putranya. Anaknya menyanyikan Tooryanse di jalan, sampai seorang wanita tua yang aneh mendekati dan berbicara dengan mereka.
Wanita tua itu bertanya mengapa dia sangat menyukainya, dan dia mengatakan situasinya pas; dia akan jadi tujuh tahun, jalan sempit ke kuilnya juga pas, tapi dia masih tidak yakin tentang mengapa jalan kembalinya [kowai] (menakutkan). Wanita tua itu mengatakan kalau lagu tersebut adalah tentang orang-orang yang menelantarkan anaknya di gunung, jadi bagian menakutkannya adalah bagi orang tua yang roh anaknya akan mengikuti mereka kembali jika mereka melihat ke belakang. Si ibu kemudian mengusir wanita itu karena mengatakan hal yang menakutkan kepada anaknya. Mereka kemudian mulai mendaki gunung.
Ketika anak itu menikmati pemandangan, ibunya perlahan mendekatinya dari belakang tanpa dia sadari ...dengan penuh keyakinan.
“Toru! Beristirahatlah dengan tenang! Kamu tidak hidup di dunia ini lagi! Menyebranglah supaya ibu bisa memulai kehidupan ibu yang baru! Kamu tidak ingat tahun lalu datang ke sini? Tetaplah Bersama para dewa dan jangan ikuti ibu lagi!"
Sang ibu berlari menuruni gunung tanpa menoleh ke belakang dan kembali ke rumah dengan tergesa-gesa. Ketika dia berpikir akhirnya dia berhasil melakukannya, dia menemukan kekasih mudanya sudah menggantung diri di rumah. Dia sadar pacarnya pasti melihat ke belakang di suatu tempat di jalan, tapi sayangnya, sudah terlambat. Suara yang akrab itu kemudian menginterupsi pikirannya.
“Selamat datang kembali, mama. Jangan pernah tinggalkan Toru lagi.”
Kenapa Tenjin-sama?
Tenjin-sama adalah Dewa Pendidikan di Jepang, jadi meminta pendidikan yang baik untuk anak kepada dewa ini adalah hal yang umum di zaman modern. Namun, seperti Taira no Masakado, Tenjin-sama juga merupakan salah satu dari Tiga Kemarahan Besar Jepang. Tenjin-sama dulu dikenal sebagai Sugawara no Michizane, seorang sarjana, cendekiawan dan penyair yang brilian, yang mahir dalam aksara Cina. Mari kita cari tahu lebih banyak tentang dia, di artikel berikutnya!
Comments