Halo kawan-kawan! Sudah makan?
Saya harap kalian sudah makan, karena saya akan memperkenalkan sebuah makanan kaki lima (Yatai, 屋台) yang saya yakin bakalan menyiksa buat kalian baca kalau belum makan.
Makanan yang mau saya kenalin hari ini adalah akashiyaki (明石焼き). Beberapa pasti bertanya-tanya, “Apa itu akashiyaki?”
Dari luar, akashiyaki kelihatan sama seperti takoyaki, bola coklat keemasan harum yang terbuat dari tepung dan berisi gurita (tako).
Untuk membuat bentuk bulatnya yang sempurnya, keduanya juga dimasak di atas panci takoyaki. Tetapi kemiripian antara keduanya berhenti sampai di situ.
Seperti yang kamu semua mungkin sudah tahu, takoyaki adalah bola-bola bakar yang berisi berbagai macam bahan seperti kubis, gurita, jahe dan daun bawang.
Takoyaki pertama kali populer di Osaka dan setelahnya disenangi orang-orang di seluruh dunia.
Tetapi yang tidak diketahui banyak orang adalah pendahulu takoyaki, yaitu akashiyaki.
Nama akashiyaki datang dari asalnya yaitu kota Akashi di Prefektur Hyogo, Jepang. Akashiyaki pertama kali dijual pada zaman Taisho dan menjadi inspirasi untuk takoyaki hari ini.
Bola-bola akashiyaki hanya diisi dengan gurita dan adonannya lebih padat dan lebih memiliki rasa dan tekstur telur daripada takoyaki. Akashiyaki dinikmati dengan mencelupkannya ke sup dari dashi dan ditaburi serpihan bonito dan daun bawang.
Orang-orang setempat lebih senang menyebut akashiyaki sebagai tamagoyaki (玉子焼き) karena tekstur lembutnya.
Secara pribadi saya lebih suka takoyaki karena lebih menggigit dan saya merasa lebih kenyang setelah makan takoyaki. Tetapi, akashiyaki juga dihargai untuk nilai tradisional dan kehangatan yang dihasilkannya ketika dimakan di hari musim dingin. Apakah kamu akan mencoba akashiyaki ketika mengunjungi Jepang? Saya harap demikian!
Comments