Butler café adalah versi laki-laki dari maid cafe, dengan kekecualian perempuan dengan kostum pelayan yang menunggu majikan adalah pelayan laki-laki yang menunggu kepulanganmu dan akan melayanimu. Secara etimologis, kosakata "butler" berasal dari bahasa Prancis yaitu bouteille (atau "bottle" dalam bahasa Inggris), dengan arti "staff yang bertanggung jawab atas minuman anggur raja mereka. waktu terus berjalan, seorang butler / pelayan menjadi staff yang bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga di sebuah rumah mewah, termasuk ruang makan, ruang bawah tanah dan ruang tamu. Pengagum hebat budaya butler Eropa seperti ini dikembangkan orang Jepang menjadi butler café, dengan tujuan untuk memuaskan impian sebagaian banyak orang, yakni memiliki pelayan laki-laki dan menikmati kehidupan orang kaya setidaknya satu kali seumur hidup.
Lokasi dan interior Butler Cafe
Untuk mengupas seperti apakah butler café itu, saya mencoba pergi ke sebuah butler café yang bernama Swallowtail, yang terletak di Ikebukuro, Tokyo. Desain interiornya lebih mirip gaya neo-Victorian; Sementara lantai terbuat dari marmer putih cerah, restoran ini dikelilingi oleh dinding bata merah antik. Dekorasinya, secara keseluruhan, glamor dan mewah.
Saat memasuki restoran, seorang butler menyambut saya dengan antusias dan memberi salam “ Selamat datang di rumah, Nona”, seketika itu saya seakan menjadi seorang wanita kayaraya. Butler yang melayani saya bernama Shiina, berumur sekitar 30 tahunan, berambut pendek dan berkacamata. Dia mengenakan tuxedo warna hitam, dengan kemeja berkerah putih dan berdasi hitam. Dia terlihat terlatih sekali, dari caranya menerangkan tentang restoran secara detail dan lembut setelah dia mengantarkan saya ke kursi yang nyaman dan empuk.
Begitu saya merasa benar-benar merasa nyaman, Shiina menurunkan tirai merah yang megah untuk memastikan bahwa pembicaraan kita tidak akan terganggu. Dia mulai bertanya dengan bahasa Inggris yang fasih, "Dapatkah saya mengetahui namamu, Nona??" Dengan tersipu malu saya menjawab dengan satu kata, "Jane". Dia merekomendasikan teh Catherine Rose, teh merah kafe sedang hits di Jepang, dan kemudian dia berbungkuk dan berkata jika saya lapar, dia akan menyiapkan satu paket teh yang sangat bagus yang bernama Anna Maria. Rasanya sulit untuk menolak rekomendasinya, akhirnya saya mengikuti nasehatnya dengan memesan apa yang dia sarankan yaitu satu set afternoon tea bernama"Catherine Rose". Kemudian Shiina juga berkata bahwa pasta yang disiapkan oleh koki mereka juga sangat lezat, walaupun saya takut tidak bisa makan semuanya dan harus menolak sarannya.
Setelah sedikit berbicara dengannya, Shiina permisi untuk meninggalkan saya sebentar, dan dia berkata "Jika Nona ada permintaan, pijitlah bel di atas meja, dan saya akan segera datang". Sambil menunggu, saya melihat interior kafe, dan mengintip meja lainnya melalui celah kecil di tepi tirai. Lampu gantung yang mempesona di atas kepala mengingatkanku pada grand opera house dari “Phantom of the Opera”. Tapi lampu gantung di sini tampak lebih mencolok dan terang.
Selain saya, ada juga tamu lain, kebanyakan perempuan, saya juga melihat beberapa orang duduk di tengah café, dilayani oleh pelayan lain (kemudian saya diberitahu bahwa kafe tersebut juga mengijinkan tamu pria masuk, dan beberapa bahkan ada tamu biasa!). Swallowtail mungkin adalah salah satu butler café yang paling populer di Tokyo, karena lebih dari tiga tempat duduk telah diduduki, meskipun waktu saya berkunjung adalah hari kerja pada sore hari.
Menu pesanan
Pesanan datang dengan cepat dan tidak menunggu lama, dan tidak sabat untuk memotret pesanan saya itu. Jujur saja, dibandingkan dengan set afternoon di London yang mana saya telah mencobany beberapa kali, mengenai rasa di sini 100 kali jauh lebih lezat. Di antara desserts dan sandwiches, saya paling suka dengan lemon cake nya, bukan karena lemon adalah kesukaan saya, akan tetepi lemon cake di sini sangat lembut dan langsung meleleh saat masuk ke dalam mulut. Mungkin kamu akan berpikir harganya akan mahal tapi harga set ini hanya seharga 3,500yen, dengan pelayanan kualitas top seakan kamu berada di rumah sendiri, saya pikir harga itu sesuai dengan layanan yang mereka berikan!
Rasa teh Catherine Rosa sangat istimewa, karena saya penasaran saya menanyakan resep teh ini pada Shiina, Dengan sabar Shiina menerangkan bahwa teh itu dicampur dengan bunga mawar, marigold dan mallow, dengan menggunakan teh Ceylon. Walaupun saya bukan ahli botani ataupun spesialis teh, saya menikmati setiap tegukan tehnya!
Saat meninggalkan kafe dengan sopan Shiina berkata, “Hati-hati saat mengendarai kudanya, Nona”, Oh saya jadi terpesona dengan kebaikannya dan ingin rasanya datang untuk kedua kalinya!!
*PS: Biasanya tamu tidak bisa memilih butlet yang akan melayani mereka akan tetapi semua butler di kafe ini akan melayani tamu sebaik mungkin!
Informasi
Alamat: 3-12-12 Higashi-Ikebukuro, Toshima-Ku Tokyo
Akses Transportasi : 5 menit dari Stasiun Ikebukuro, Exit Higashi Ikebukuro
Reservasi : Perlu reservasi untuk datang ke restoran ini,
Silahkan check websitenya dalam versi Bahasa Inggris : https://www.butlers-cafe.jp/swallowtail/company/reserve_en.html
*Catatan : Anak di bawah umur 5 tahun tidak diijinkan untuk memasuki restoran.
Café buka selama akhir pekan dan beberapa hari biasa,
Silahkan check jadual tutup restoran di websitenya (versi Bahasa Jepang) : https://www.butlers-cafe.jp/swallowtail/close.html
Comments