Apa Saja Kerajinan Tradisional Bambu Jepang? Sejarah dan Daerah Produksi Terkenal


Balai Industri Tradisional Kerajinan Bambu Kota Beppu
Balai Industri Tradisional Kerajinan Bambu Kota Beppu

Selain kerajinan kayu tradisional Jepang, kerajinan bambu adalah produk artisanal yang terutama dibuat dari bambu. Di Jepang, bambu telah digunakan secara luas sejak zaman kuno, sama seperti kayu. Bambu dimanfaatkan untuk membuat barang sehari-hari, alat pertanian, serta peralatan untuk upacara minum teh dan merangkai bunga. Artikel ini akan memperkenalkan dunia kerajinan bambu, mengeksplorasi sejarahnya, serta berbagai produk tradisional yang masih dibuat hingga saat ini. Nikmati penjelajahan mengenai teknik unik dan sejarah yang membentuk keahlian kerajinan bambu Jepang.

🚅 Pesan tiket Shinkansen Anda dengan NAVITIME Travel! 👉 Klik disini

* Sebagian hasil dari pembelian atau reservasi produk yang diperkenalkan dalam artikel ini dapat disalurkan kembali ke FUN! JAPAN.

"Kerajinan Bambu" Jepang: Sejarah dan Definisi

Balai Industri Tradisional Kerajinan Bambu Kota Beppu
Balai Industri Tradisional Kerajinan Bambu Kota Beppu

Kerajinan tradisional yang menggunakan bambu di Jepang disebut sebagai "kerajinan bambu". Sejak zaman dahulu, Jepang telah diberkahi dengan sumber daya bambu yang melimpah, sehingga banyak produk bambu diciptakan. Beberapa contoh tertua ditemukan di situs arkeologi periode Jomon. Namun, teknik kerajinan bambu mengalami kemajuan pesat selama periode Nara, ketika keterampilan dari Dinasti Tang diperkenalkan. Seiring waktu, teknik ini berkembang secara unik di Jepang, terutama dalam bidang upacara minum teh dan seni merangkai bunga.

Kerajinan bambu memanfaatkan sepenuhnya sifat alami bambu. Misalnya, karena bambu mudah terbelah mengikuti seratnya, ia dapat diiris menjadi bilah tipis dan dianyam menjadi pola yang rumit. Fleksibilitas dan daya tahannya menjadikannya bahan yang ideal untuk membuat alat seperti joran pancing dan busur panah. Hingga kini, kerajinan bambu tetap dihargai karena perpaduan antara keindahan dan fungsionalitasnya.

Berbagai Jenis Kerajinan Bambu: Anyaman Bambu

Anyaman Bambu Katsuyama (Prefektur Okayama)

Anyaman Bambu Katsuyama
Sumber: Yahoo! Shopping 

Anyaman Bambu Katsuyama adalah kerajinan tradisional dari Kota Maniwa di Prefektur Okayama yang menggunakan bambu "madake" sebagai bahan utamanya. Asal-usulnya dapat ditelusuri kembali ke awal abad ke-19, dan kerajinan ini dikenal karena menekankan aspek fungsional. Produk khasnya meliputi "souke1," "mesizouke2," "mizouke3," dan "komeagezouke4." Barang-barang ini memiliki desain sederhana namun menarik, yang dapat menyatu dengan berbagai pengaturan meja, baik bergaya Jepang maupun Barat. Produk-produk ini juga digunakan untuk berbagai keperluan, seperti vas bunga dan dekorasi dinding. Dengan daya tahan dan daya tariknya yang abadi, Anyaman Bambu Katsuyama tetap menjadi pelengkap gaya hidup modern.

*1: Saringan bambu yang secara tradisional digunakan untuk keperluan sehari-hari dan pertanian.
*2: Saringan bambu yang digunakan untuk menggantung nasi matang di bawah atap agar tidak mudah basi.
*3: Keranjang bambu untuk membawa sayuran.
*4: Saringan bambu untuk meniriskan beras yang sudah dicuci.

👉 Beli "Anyaman Bambu Katsuyama" (Yahoo! Shopping) 

Kerajinan Bambu Beppu (Prefektur Oita)

Kerajinan Bambu Beppu
Balai Industri Tradisional Kerajinan Bambu Kota Beppu

Kerajinan Bambu Beppu berasal dari periode Muromachi, awalnya dibuat sebagai keranjang untuk para pedagang keliling. Pada periode Edo, seiring berkembangnya Beppu Onsen di Prefektur Oita, kerajinan ini menjadi populer sebagai peralatan dapur bagi para pengunjung pemandian air panas. Pada akhir periode Meiji, didirikan "Departemen Anyaman Keranjang Sekolah Magang Industri Beppu," yang semakin mempercepat perkembangan teknik pembuatan, hingga menjadi kerajinan yang dikenal saat ini.

Bahan utama yang digunakan adalah bambu madake dari Prefektur Oita, dengan bambu hachiku dan kurochiku juga dimanfaatkan tergantung pada kegunaannya. Terdapat lebih dari 400 pola anyaman yang berbeda, berbasis pada delapan teknik dasar, dengan desain yang menonjolkan fleksibilitas dan kekuatan bambu. Detail anyaman tangan yang halus membuat kerajinan ini tidak hanya indah tetapi juga sangat dihargai sebagai peralatan untuk upacara minum teh dan vas bunga. Kerajinan Bambu Beppu tetap menjadi suvenir yang populer dan masih dianggap sebagai salah satu industri khas Prefektur Oita.

👉 Beli "Kerajinan Bambu Beppu" (Yahoo! Shopping)

Kerajinan Suruga Takesensuji (Prefektur Shizuoka)

Kerajinan Suruga Takesensuji
Sumber: Yahoo! Shopping 

Kerajinan Suruga Takesensuji terutama menggunakan bambu nigatake dan mousouchiku. Kerajinan ini berasal dari pertengahan abad ke-19, ketika seorang samurai dari Domain Okazaki yang ahli dalam kerajinan bambu memperkenalkan tekniknya ke Suruga. Kerajinan ini melibatkan anyaman bilah bambu tipis dan panjang yang disebut maruhigo ke dalam cincin bambu untuk menciptakan berbagai produk, seperti vas bunga, keranjang dekoratif, dan tatakan cangkir teh. Istilah sensuji (berarti "seribu garis") mengacu pada kehalusan luar biasa dari bilah bambu—begitu tipis sehingga 1.000 bilah dapat dimasukkan dalam satu tatami berukuran 90 cm. Dari proses membelah bambu hingga perakitan produk akhir, seluruh pengerjaan dilakukan secara teliti oleh seorang pengrajin tunggal. Kerajinan Suruga Takesensuji dikenal karena bobotnya yang ringan, lekukan anggun, serta presisi luar biasa, menjadikannya simbol keahlian tinggi dalam kerajinan bambu Jepang.

👉 Beli "Kerajinan Suruga Takesensuji" (Yahoo! Shopping)

Berbagai Jenis Kerajinan Bambu: Joran Pancing

Edo Wazao (Tokyo)

Edo Wazao adalah joran pancing bambu buatan tangan yang muncul pada pertengahan periode Edo dan mencapai tingkat seni tinggi pada akhir periode Edo. Seiring berkembangnya budaya memancing di Teluk Edo dan sungai-sungai sekitarnya, joran ini berevolusi untuk memenuhi berbagai kebutuhan pemancing. Joran ini terkenal karena kemudahan penggunaannya, yang disesuaikan dengan jenis ikan dan lokasi pemancingan yang berbeda, serta memiliki lapisan pernis yang indah. Edo Wazao dibuat dari berbagai jenis bambu Jepang pilihan, seperti hoteitake, hachiku, yadake, dan madake, yang dikeringkan selama beberapa tahun sebelum diproses. Setiap joran melewati proses pengerjaan yang teliti, termasuk penyesuaian kelengkungan, penyambungan, pengikatan benang, dan pelapisan pernis. Edo Wazao menggabungkan kepraktisan dengan keindahan seni, menjadikannya bukan hanya alat memancing tetapi juga karya kerajinan bernilai tinggi.

Joran Kishu Hera (Prefektur Wakayama)

Joran Kishu Hera

Joran Kishu Hera adalah joran pancing bambu tradisional yang dirancang khusus untuk memancing hera-buna (ikan mas crucian). Kerajinan ini membutuhkan teknik pengrajin tingkat tinggi dan pertama kali dikembangkan di Osaka pada tahun 1870-an hingga 1880-an. Namun, joran ini berkembang pesat di Kota Hashimoto, Prefektur Wakayama, karena lokasinya yang berdekatan dengan daerah produksi koyatake (bambu suzu), bahan baku utamanya. Popularitas nasional Joran Kishu Hera meningkat pesat pada awal periode Showa, seiring dengan semakin populernya memancing hera-buna.

Ciri khas Joran Kishu Hera terletak pada konstruksinya—potongan bambu sepanjang sekitar 90 cm disambungkan dalam satu set berisi tiga hingga lima bagian, dengan ujungnya yang meruncing halus berbentuk kerucut serta pegangan yang lebih tebal untuk kenyamanan saat digunakan. Proses pembuatannya terdiri dari 12 langkah rumit yang seluruhnya dilakukan secara manual, mulai dari pengeringan bambu hingga pelapisan pernis. Setiap joran dibuat dengan sangat teliti oleh pengrajin berpengalaman, memastikan fungsionalitas yang optimal serta estetika yang elegan.

Berbagai Kerajinan Bambu: Payung, Peralatan, Busur, dan Lainnya

Gifu Wagasa (Prefektur Gifu)

Gifu Wagasa

Pada periode Edo, banyak samurai berpangkat rendah menghadapi kesulitan ekonomi karena pendapatan yang rendah. Untuk menambah penghasilan, mereka mulai membuat Gifu Wagasa, yaitu payung tradisional Jepang. Kota Gifu, yang terletak di sepanjang Sungai Nagara, memiliki pasokan bahan berkualitas tinggi yang melimpah, seperti kertas washi, bambu, dan minyak perilla, sehingga daerah ini berkembang menjadi pusat produksi wagasa. Salah satu ciri khas Gifu Wagasa adalah strukturnya yang disebut hosomono, yang memungkinkan payung ini dapat dilipat dengan rapi dan elegan. Proses pembuatannya terbagi menjadi beberapa tahapan spesialisasi: para pengrajin mengikat tulang rusuk bambu dengan benang, menempelkan kertas washi, melapisi permukaannya dengan minyak, mengecatnya, lalu mengeringkannya di bawah sinar matahari. Payung ini hadir dalam berbagai desain, termasuk payung hujan, payung pelindung matahari, payung tari, dan payung untuk upacara minum teh di luar ruangan, menjadikannya perpaduan sempurna antara fungsi dan estetika.

Osaka Kongō Sudare (Prefektur Osaka)

Osaka Kongō Sudare berasal dari periode Heian sebagai tirai bambu dekoratif (misu) yang digunakan di istana kekaisaran. Kerajinan ini kemudian berkembang di daerah Tondabayashi, Prefektur Osaka, dan bahkan disebutkan dalam The Tale of Genji, novel tertua di dunia. Bahan utama yang digunakan adalah bambu madake berkualitas tinggi, yang tumbuh alami di kaki Gunung Kongō, yang terletak di perbatasan antara Prefektur Osaka dan Nara. Para pengrajin mengolah bambu menjadi bilah-bilah halus, menenunnya dengan cermat, dan menyelesaikan produk dengan sangat hati-hati. Kongō Sudare dihargai tidak hanya karena estetika alaminya yang memperindah ruang tradisional Jepang, tetapi juga karena fungsinya sebagai pemisah ruangan dan pelindung dari sinar matahari.

Takayama Chasen (Prefektur Nara)

Takayama Chasen adalah pengocok teh bambu tradisional yang dibuat di Kota Ikoma, Prefektur Nara. Kerajinan ini berasal dari pertengahan periode Muromachi, ketika putra penguasa Kastil Takayama menciptakannya atas permintaan Murata Jukō, pendiri upacara minum teh. Awalnya, teknik pembuatannya dirahasiakan dalam keluarga penguasa, tetapi kemudian diwariskan kepada 16 pengikut setia, menjadikan Takayama satu-satunya daerah produksi di Jepang. Chasen adalah alat penting dalam upacara minum teh, digunakan untuk mengocok matcha hingga berbusa halus. Terdapat lebih dari 120 jenis chasen, masing-masing dirancang untuk aliran upacara teh dan penggunaan tertentu. Bentuk serta kehalusan ukiran Takayama Chasen memengaruhi rasa teh yang dihasilkan. Setiap chasen dibuat dengan keahlian tangan yang luar biasa, mencerminkan betapa besar pengaruh keterampilan pengrajin terhadap proses penyajian teh.

👉 Beli "Takayama Chasen" (Yahoo! Shopping)

Miyakonojo Daikyū (Prefektur Miyazaki)

Miyakonojo Daikyū adalah busur bambu tradisional yang diproduksi di sekitar Kota Miyakonojo, Prefektur Miyazaki. Kerajinan ini telah berkembang sejak periode Edo. Bahan utama yang digunakan adalah bambu madake yang tumbuh di Miyakonojo serta kayu haze. Proses pembuatannya melibatkan lebih dari 200 tahap, yang seluruhnya dilakukan oleh seorang pengrajin tunggal yang disebut yumi-shi (pembuat busur). Pada awal periode Showa, busur ini bahkan diekspor ke Asia Timur, menjadikan Miyakonojo sebagai pusat produksi utama. Meskipun sempat mengalami masa penurunan, kota ini tetap menjadi satu-satunya daerah produksi busur bambu di Jepang, memasok 90% dari total produksi nasional. Keahlian presisi dalam pembuatan Miyakonojo Daikyū mencerminkan budaya panahan tradisional Jepang, yang menggabungkan teknik turun-temurun dengan estetika luar biasa.

👉 Beli "Miyakonojo Daikyū" (Yahoo! Shopping)

Daftar Isi

Survey[Survei] Liburan ke Jepang







Recommend