Apa Itu Kelulusan? Penjelasan Lengkap tentang Upacara Kelulusan, Ijazah, dan Lagu Kelulusan di Jepang【Sekolah di Jepang】

  • 14 Peb 2025
  • Yumi

Kata "kelulusan" menandakan momen istimewa yang menjadi akhir dari kehidupan sekolah sekaligus titik awal menuju jalan yang baru. Di Jepang, upacara kelulusan bukan sekadar seremoni, tetapi juga sebuah kenangan berharga yang membekas di hati banyak orang. Dalam artikel ini, kami akan membahas secara mendetail arti dari "kelulusan", rincian upacara kelulusan yang diadakan di sekolah-sekolah Jepang, lagu-lagu kelulusan yang umum dinyanyikan dalam acara tersebut, serta ijazah sebagai dokumen penting yang membuktikan kelulusan.

* Sebagian hasil dari pembelian atau reservasi produk yang diperkenalkan dalam artikel ini dapat disalurkan kembali ke FUN! JAPAN.

Apa Itu Kelulusan?

Jika kita mencari arti kata "kelulusan" dalam kamus, maka akan ditemukan definisi berikut:

1. Menyelesaikan seluruh kurikulum sekolah. Contoh: "Lulus dari universitas", "Upacara kelulusan".
2. Melewati atau meninggalkan suatu tahap atau periode tertentu. Contoh: "Aku sudah tidak pergi main bowling lagi" (secara harfiah: "Aku sudah lulus dari kebiasaan main bowling").
Sumber: Digital Daijirin

Di Jepang, makna kata ini telah berkembang lebih luas. Selain dalam konteks akademik, "kelulusan" juga digunakan untuk menggambarkan seseorang yang keluar dari suatu kelompok atau kegiatan, seperti idola yang pensiun dari dunia hiburan atau seseorang yang mengundurkan diri dari perusahaan tempat mereka bekerja selama bertahun-tahun.

Kapan Upacara Kelulusan di Jepang Dilaksanakan? Latar Belakang dan Ciri Khasnya

Di Jepang, upacara kelulusan biasanya diadakan pada musim semi, tepatnya pada bulan Maret, yang menandai akhir tahun ajaran.

Upacara kelulusan merupakan seremoni yang merayakan penyelesaian seluruh kurikulum pendidikan. Di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas, upacara ini umumnya diadakan di dalam gedung olahraga sekolah. Pada bulan Maret yang masih terasa dingin, aula yang didekorasi dengan bunga dan kain merah-putih menciptakan suasana yang khidmat dan penuh makna. Karena ini adalah upacara resmi, para lulusan hadir dengan mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana, seperti seragam atau hakama (kimono tradisional Jepang). Para guru, orang tua, dan siswa yang masih bersekolah juga menghadiri acara ini dengan pakaian formal sebagai bentuk penghormatan.

Di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas, peserta didik menerima "Ijazah Kelulusan", sehingga secara resmi acara ini disebut sebagai "Upacara Penganugerahan Ijazah Kelulusan". Namun, dalam percakapan sehari-hari, upacara ini cukup disebut sebagai "Upacara Kelulusan". Sementara itu, di universitas, mahasiswa menerima "Gelar Akademik", sehingga upacara kelulusannya secara resmi disebut "Upacara Penganugerahan Gelar".

Sebagai bagian dari upacara, setiap lulusan diberikan tabung kokoh untuk menyimpan ijazah mereka agar tidak mudah rusak atau terlipat. Jika Anda pernah melihat ilustrasi atau foto terkait kelulusan di Jepang, tabung hitam yang digenggam para lulusan biasanya adalah tempat penyimpanan ijazah tersebut.

Upacara ini mencakup beberapa bagian penting, seperti penganugerahan ijazah atau gelar akademik, pidato ucapan selamat dari kepala sekolah dan tamu undangan, pesan perpisahan dari siswa yang masih bersekolah kepada para lulusan, jawaban dari perwakilan lulusan, dan paduan suara yang menyanyikan lagu kelulusan. Beberapa daerah di Jepang memiliki tradisi unik dalam upacara kelulusan. Misalnya, di Okinawa, ada budaya "melempar blazer", di mana para lulusan bersama-sama melemparkan blazer mereka ke udara. Sementara itu, di Nagano, ada kebiasaan di mana siswa sekolah dasar mengenakan seragam sekolah menengah pertama mereka saat upacara kelulusan berlangsung

Beli dan Sewa Kimono dan Hakama di Kimono 365 👉 Klik di sini

Cari "Setelan Bisnis Pria" di Yahoo! Shopping 👉 Klik di sini

Makna Budaya dari Upacara Kelulusan 

Upacara kelulusan bukan hanya bertujuan untuk merayakan selesainya pendidikan, tetapi juga menjadi momen emosional yang menggambarkan perpisahan dan harapan akan awal yang baru. Ini adalah saat di mana banyak orang merasakan gelombang emosi yang kuat—kesedihan karena harus berpisah dengan teman-teman yang telah menghabiskan banyak waktu bersama, rasa terima kasih kepada para guru yang telah membimbing, serta campuran perasaan antusiasme dan kecemasan terhadap kehidupan baru di masa depan, seperti melanjutkan pendidikan atau memasuki dunia kerja. Tak heran jika banyak orang meneteskan air mata selama upacara kelulusan, karena kelulusan dan air mata adalah dua hal yang tidak terpisahkan.

Salah satu momen yang paling menyentuh dalam upacara ini adalah pesan perpisahan dari siswa yang masih bersekolah, pidato perwakilan lulusan, serta kata-kata perpisahan dari para guru. Saat mendengarkan kata-kata ini, banyak kenangan selama bersekolah kembali terlintas dalam benak, membuat suasana semakin penuh haru. Dengan demikian, upacara kelulusan bukan sekadar seremoni formal, tetapi juga sebuah peristiwa di mana berbagai emosi dibagikan dan dirasakan bersama.

Lagu Kelulusan dan Perannya

Salah satu momen paling mengharukan dalam upacara kelulusan adalah paduan suara.

"Aogeba Tōtoshi" (Menatap dengan Hormat) – Lirik (Cuplikan) | Lirik & Komposer: Tidak Diketahui

Beberapa lagu kelulusan tradisional yang telah lama dinyanyikan antara lain "Aogeba Tōtoshi" dan "Hotaru no Hikari". Lagu-lagu ini mengungkapkan rasa hormat kepada guru dan sekolah, mengenang hari-hari penuh perjuangan dalam belajar, serta menggambarkan kesedihan karena perpisahan.

Aogeba tōtoshi waga shi no on (Menatap dengan hormat, betapa mulianya jasa guruku)
Oshie no niwa ni mo haya ikunendo (Sudah sekian tahun aku belajar di taman ilmu ini)
Omouba ito toshi kono toshitsuki (Jika kuingat, betapa cepatnya waktu berlalu)
Ima koso wakareme iza saraba (Kini saatnya perpisahan, mari kita berpisah)

Takahashi)"Tabidachi no Hi ni" (Di Hari Keberangkatan) – Lirik (Cuplikan) | Lirik: Kojima Noboru | Komposer: Sakamoto (kini Takahashi) Hiromi

Salah satu lagu kelulusan yang lebih modern adalah "Tabidachi no Hi ni", yang diciptakan oleh seorang guru sekolah menengah di Prefektur Saitama pada tahun 1991. Lagu ini perlahan menjadi populer dan kini dinyanyikan di banyak sekolah di seluruh Jepang. Lagu ini menggambarkan perasaan para guru yang melepas siswa dengan penuh harapan, serta perasaan para siswa yang melangkah ke masa depan dengan semangat, meskipun dihiasi dengan kesedihan dan harapan baru.

Shiroi hikari no naka ni yamanami wa moete (Di dalam cahaya putih, pegunungan tampak hijau)
Haruka na sora no hate made mo kimi wa tobitatsu (Engkau akan terbang hingga ke ujung langit yang jauh)
Kagirinaku aoi sora ni kokoro furuwase (Di bawah langit biru tanpa batas, hatiku bergetar)
Jiyū o kakeru tori yo furikaeru koto mo sezu (Wahai burung yang terbang bebas, tanpa menoleh ke belakang)
Yūki o tsubasa ni komete kibō no kaze ni nori (Masukkan keberanian ke dalam sayapmu, terbanglah bersama angin harapan)
Kono hiroi ōzora ni yume o takushite (Titipkan impianmu pada langit luas ini)

"3-gatsu 9-ka" (9 Maret) – Lirik (Cuplikan) | Lirik & Komposer: Fujimaki Ryota | Aransemen: Remioromen

Dalam beberapa tahun terakhir, lagu-lagu pop juga mulai menjadi bagian dari tradisi lagu kelulusan. Salah satu lagu yang paling terkenal adalah "3-gatsu 9-ka" dari Remioromen, serta "YELL" dari Ikimono Gakari. Lagu-lagu ini mengandung perasaan nostalgia terhadap momen-momen berharga yang telah berlalu, serta harapan akan masa depan yang baru. Lagu-lagu ini mencerminkan perasaan yang muncul di hari kelulusan, menjadikannya begitu menggugah hati.

Arata na sekai no iriguchi ni tachi (Berdiri di gerbang dunia yang baru)
Kizuita koto wa hitori ja nai tte koto (Aku menyadari bahwa aku tidak sendirian)
Hitomi o tojireba anata ga (Saat menutup mata, dirimu)
Mabuta no ura ni iru koto de (Terlihat di balik kelopak mataku)
Dore hodo tsuyoku nareta deshou (Seberapa kuatkah aku menjadi karena kehadiranmu?)
Anata ni totte watashi mo sō de aritai (Aku pun ingin menjadi seperti itu bagimu)

"YELL" (kutipan) | Lirik & Komposer: Mizuno Yoshiki (Ikimono Gakari)

"Watashi wa ima doko ni aru no" to ("Aku" bertanya, di manakah diriku kini berada?)
Fumishimeta ashiato o nando mo mitsume kaesu (Melihat jejak langkah yang telah kupijak, berulang kali)
Kareha o daki akimeku madobe ni (Di jendela musim gugur, daun kering berjatuhan)
Kajikanda yubisaki de yume o egaita (Dengan jemari yang kedingingan, aku menggambar mimpi)
Tsubasa wa aru no ni tobezu ni iru nda (Aku punya sayap, tapi tak bisa terbang)
Hitori ni naru no ga kowakute tsurakute (Takut merasa sendirian, begitu menyakitkan)
Yasashii hidamari ni kata yoseru hibi o (Kita melewati hari-hari saling bersandar di bawah cahaya yang hangat)
Koete bokura kodoku na yume e to aruku (Dan kini, kita melangkah menuju mimpi kita masing-masing)
Sayōnara wa kanashii kotoba janai (Selamat tinggal bukanlah kata yang menyedihkan)
Sorezore no yume e to bokura o tsunagu YELL (Melainkan YELL semangat yang menghubungkan kita dengan impian kita masing-masing)
Tomoni sugoshita hibi o mune ni daite (Kukenang hari-hari yang kita lalui bersama dalam hatiku)
Tobitatsu yo hitori de mirai no sora e (Aku akan terbang, sendiri, menuju langit masa depan)

Perbandingan Budaya Kelulusan dengan Negara Lain

Upacara kelulusan di Jepang sering kali diwarnai oleh air mata perpisahan, tetapi hal ini tampaknya cukup unik dibandingkan dengan tradisi kelulusan di negara lain. Di luar Jepang, upacara kelulusan lebih banyak berfokus pada perayaan, bahkan ada negara yang mengadakan pertunjukan drama atau nyanyian dari siswa yang masih bersekolah untuk menghibur para lulusan di atas panggung. Sementara itu, di Jepang, yang sangat menghargai momen transisi dalam kehidupan, upacara kelulusan diadakan dengan suasana khidmat. Para siswa berlatih berkali-kali untuk memastikan tata cara masuk dan keluar aula, waktu membungkuk, serta nyanyian bersama agar upacara berjalan sempurna. Tradisi semacam ini bisa dikatakan sebagai bagian dari budaya khas Jepang.

Menerima Kancing Kedua dari Orang yang Disukai

Salah satu budaya unik Jepang terkait kelulusan adalah tradisi "menerima kancing kedua dari orang yang disukai." Pada hari kelulusan, seorang siswa laki-laki memberikan kancing kedua dari atas pada seragam "gakuran" mereka kepada orang yang mereka sukai sebagai tanda perasaan mereka. Dalam beberapa kasus, siswa perempuan juga dapat meminta kancing kedua dari siswa laki-laki yang mereka kagumi. Ada berbagai teori mengenai alasan dipilihnya kancing kedua, tetapi yang paling umum adalah karena kancing ini terletak paling dekat dengan jantung, sehingga melambangkan sesuatu yang berada dekat dengan hati seseorang.

Tradisi Setelah Upacara Kelulusan

Di Jepang, setelah upacara kelulusan, berfoto bersama sudah menjadi kebiasaan. Para siswa biasanya mengambil foto kenang-kenangan bersama teman sekelas, guru wali kelas, orang tua, atau kelompok pertemanan mereka. Selain itu, dari sore hingga malam hari, sering kali diadakan acara perpisahan yang disebut "shaonkai". Acara ini adalah pesta untuk mengungkapkan rasa terima kasih para lulusan dan orang tua kepada para guru yang telah membimbing mereka. Shaonkai umumnya diselenggarakan di restoran atau hotel, di mana para siswa menampilkan pertunjukan seperti menyanyi atau menari, serta memberikan hadiah sebagai tanda terima kasih kepada guru mereka. Jika upacara kelulusan berlangsung dalam suasana haru dan penuh ketenangan, maka shaonkai justru memiliki atmosfer yang lebih santai dan meriah.

Selain itu, mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya sering kali mengadakan "sotsugyō ryokō" atau perjalanan kelulusan. Biasanya, perjalanan ini dilakukan bersama teman dekat atau anggota kelompok riset mereka. Sebagian besar mahasiswa tingkat akhir di Jepang memiliki lebih banyak waktu luang setelah menyelesaikan skripsi mereka, karena mereka tidak lagi memiliki banyak kelas yang harus dihadiri. Setelah tahun akademik baru dimulai, mereka akan disibukkan dengan pekerjaan atau studi lanjut di sekolah pascasarjana. Oleh karena itu, banyak mahasiswa yang memanfaatkan waktu ini untuk membuat kenangan indah dengan bepergian ke luar negeri sebelum memasuki tahap baru dalam hidup mereka.

Gunakan Fotowa untuk Pemotretan Perjalanan Bisnis  👉 Klik di sini.


Demikianlah penjelasan mengenai makna kelulusan bagi masyarakat Jepang serta bagaimana upacara kelulusan dilakukan. Dari tema yang begitu dekat dengan kehidupan kita ini, kita dapat semakin memahami keunikan budaya Jepang dalam menghargai momen transisi kehidupan.

Bibliografi:

Arimoto Maki, "Sejarah Upacara Kelulusan," edisi pertama, Kodansha, 2013, hlm. 264

Morita Masanobu (Direktur Universitas Kyoto), "Laporan Penelitian Pendidikan Berbasis Kerja Sama Regional: Asal-usul dan Karakteristik Budaya Sekolah di Berbagai Wilayah", Pusat Promosi Pendidikan Interdisipliner Universitas Kyoto, diterbitkan 28 Februari 2018 (diakses 15 Januari 2025) https://repository.kulib.kyoto-u.ac.jp/dspace/handle/2433/233653

Institut Penelitian Upacara dan Adat Pernikahan, "Dampak Masalah Modern seperti Penurunan Angka Kelahiran dan Masyarakat Tanpa Koneksi Sosial terhadap Budaya Upacara: Bab 2 - Upacara Kelulusan", terakhir diakses 30 Mei 2018 (diakses 15 Januari 2025) https://www.ceremony-ri.jp/study-result/archive/papers2017/

Daftar Isi

Survey[Survei] Liburan ke Jepang







Recommend