Apa itu "Tenunan" Jepang? Daerah Penghasil Utama, Ciri-ciri, Sejarah, Jenis Teknik, dan Lainnya

Tenun Seni Tradisional Budaya Jepang Sejarah Karakteristik

"Tenunan," salah satu kerajinan tradisional Jepang, telah berkembang di berbagai daerah sepanjang sejarah Jepang. Dari Hokkaido hingga Okinawa, berbagai jenis tenun masih diproduksi hingga sekarang, sesuai dengan daerah dan bahan yang digunakan. Berikut ini adalah penjelasan tentang ciri-ciri, sejarah, teknik, dan jenis-jenis tenun Jepang. Mari kita rasakan dunia tenun tradisional Jepang!

👉 Membeli "tekstil" tradisional (Yahoo! Shopping)

* Jika Anda membeli atau memesan produk yang disebutkan dalam artikel, FUN! JAPAN akan mendapat komisi dari hasil penjualannya.

Ciri-ciri Tenunan Jepang

Tenun Seni Tradisional Budaya Jepang Sejarah Karakteristik
Oshima Tsumugi © K. P. V.B

Tenun Jepang menggunakan benang yang sudah diberi warna, yang kemudian dipintal menggunakan alat tenun untuk menyilangkan benang lungsi (benang panjang) dan benang pakan (benang melintang) menjadi kain. Karena benang tersebut diwarnai sebelumnya, kain ini juga disebut sebagai kain yang diwarnai terlebih dahulu (senjō). Salah satu ciri khas tenun Jepang adalah kemampuannya untuk menciptakan pola dan tekstur yang beragam, tergantung pada cara pewarnaan benang, teknik menenun, dan cara memutar benang. Selain itu, iklim dan kondisi alam masing-masing daerah juga menjadi faktor penting yang membentuk karakteristik tenun khas setiap wilayah.

Sejarah Tenunan Jepang

Tenun Seni Tradisional Budaya Jepang Sejarah Karakteristik

Sejarah tenun Jepang dapat ditelusuri hingga zaman Jōmon. Alat tenun ditemukan di situs arkeologi seperti Situs Suzumei di Prefektur Fukuoka, yang menunjukkan bahwa tenun sudah ada sejak zaman itu. Namun, pada masa itu, tenun dibuat dari serat tanaman seperti rami (taima) dan hemp (karamushi), yang masih sangat sederhana.

Pada zaman Nara, dipengaruhi oleh Tiongkok kuno, kain sutra berkualitas tinggi mulai dipakai oleh kalangan bangsawan. Pada zaman Heian, teknik tenun semakin berkembang dan motif khas Jepang mulai dibuat untuk dikenakan oleh keluarga kerajaan dan bangsawan.

Pada zaman Edo, produksi kepompong untuk menghasilkan sutra didorong secara intensif, sehingga Jepang dapat memproduksi kain sutra berkualitas tinggi. Teknik tenun Nishijin dari Kyoto dan alat tenun tersebar ke berbagai daerah, dan daerah seperti Chubu, Kanto, Hokuriku, dan bagian selatan Tohoku menjadi pusat produksi kain sutra. Sejak zaman modern, meskipun produksi massal meningkat karena industrialisasi, teknik tenun tradisional tetap dilestarikan hingga kini.

※ Zaman Jōmon akhir: sekitar 2000–1000 SM, Zaman Muromachi: 1336–1568, Zaman Heian: 794–1180, Zaman Edo: 1603–1868

Teknik Dasar Tenunan Jepang

Secara umum, ada tiga jenis teknik tenun yang utama di Jepang. Sebagian besar tenun menggunakan tiga teknik ini, tetapi baru-baru ini, "tenun mīri" ditambahkan sebagai teknik keempat yang sering digunakan.

Tenun Rata (Hiraori)

Tenun rata adalah teknik dasar di mana benang lungsi dan benang pakan saling bersilangan satu per satu. Ciri khasnya adalah banyak titik persilangan benang, membuat kain ini tahan lama dan kuat terhadap gesekan. Meskipun hasilnya cenderung tipis, kualitas benang, ketebalan, dan kekuatan putaran benang dapat menghasilkan tekstur tenun yang berbeda-beda.

Tenun Serong (Ayaori)

Tenun serong adalah teknik di mana dua benang lungsi disilangkan dengan satu benang pakan, atau tiga benang lungsi disilangkan dengan satu benang pakan. Ciri khasnya adalah titik pertemuan benang yang membentuk garis miring, sehingga sering disebut sebagai "tenun garis miring." Dibandingkan dengan tenun rata, titik persilangan lebih sedikit, sehingga sedikit lebih rentan terhadap gesekan, tetapi dapat menghasilkan kain yang lebih tebal. Tenun serong juga memiliki kelenturan dan ketahanan terhadap kerutan.

Tenun Sutra (Shusuori)

Tenun sutra adalah teknik di mana titik persilangan benang diberi jarak tertentu yang disebut "tobashi." Teknik ini membuat hanya salah satu jenis benang (baik lungsi atau pakan) yang terlihat di permukaan, sehingga menghasilkan kain dengan kilau yang halus. Karena titik persilangannya lebih sedikit dibandingkan tenun serong, kain ini lebih rentan terhadap gesekan, tetapi memiliki tekstur yang sangat halus. Kain satin adalah contoh utama dari tenun ini.

Tenun Miri (Mojiriori)

Tenun mīri adalah teknik di mana benang lungsi diikat dengan benang pakan untuk menciptakan celah di antara tenunan, menghasilkan kain yang berbentuk seperti jala. Teknik ini sering digunakan untuk membuat kain untuk kimono musim panas (usumono) seperti sha, ro, dan ra, yang ringan dan memiliki ventilasi baik.

Teknik Tenunan yang Beragam

Di Jepang, berbagai teknik tenun yang beragam lahir dengan mengaplikasikan struktur dasar, serta mengubah cara pewarnaan benang atau ketebalan benang. Berikut adalah beberapa teknik tenun yang khas.

Tsumugi (紬)

Tsumugi adalah kain sutra yang ditenun menggunakan benang tsumugi, yaitu benang yang tidak seragam, dengan bagian yang lebih tebal, lebih tipis, atau ada simpulnya. Karena itu, kain tsumugi memiliki tekstur yang lebih alami. Selain itu, banyak tenun tsumugi yang pada zaman dahulu digunakan untuk pakaian sehari-hari, sehingga kain ini diproduksi sesuai dengan iklim dan kondisi alam setempat. Kini, tsumugi terus dilestarikan sebagai produk unggulan dari berbagai daerah.

Kasuri (絣)

Kasuri adalah kain yang ditenun menggunakan benang kasuri yang telah diwarnai dengan pola tertentu, sehingga menghasilkan motif yang tampak kabur atau terkesan seperti "tergores." Ada beberapa metode pewarnaan benang kasuri, seperti "kaku-zome" (pewarnaan dengan mengikat bagian tertentu dari benang sebelum dicelupkan), "ita-jime-zome" (pewarnaan dengan menekan benang di papan), dan "ori-jime" (pewarnaan dengan menekan benang saat menenun). Hasilnya, bagian putih pada kain membentuk pola dan menciptakan motif kasuri yang khas.

Chirimen (縮緬)

Chirimen adalah kain sutra yang ditenun menggunakan benang sutra yang dipelintir kuat pada benang pakan, sehingga menghasilkan tekstur permukaan dengan kerutan halus (shibo). Kerutan ini membuat chirimen lebih tahan terhadap kerutan, yang menjadi daya tariknya. Baru-baru ini, selain sutra, serat sintetis juga mulai digunakan dalam pembuatan chirimen.

Chijimi Ori (縮織)

Chijimi Ori adalah kain yang terbuat dari kapas atau linen, dengan permukaan berkerut (shibo) yang ditenun menggunakan benang pakan yang dipelintir dengan kuat. Setelah tenun selesai, kain direndam dalam air hangat dan dipijat secara manual untuk menghasilkan kerutan. Kain ini tidak lengket dan tidak menempel pada kulit, sehingga ideal untuk digunakan pada kimono musim semi hingga musim panas.

Daerah Penghasil Tenunan Khas dan Ciri-cirinya

Di Jepang, yang memiliki geografi panjang dari utara ke selatan dan empat musim yang jelas, berbagai jenis tenun telah berkembang sesuai dengan iklim dan kondisi alam setempat. Ada 38 jenis tenun yang telah ditetapkan sebagai "kerajinan tradisional" oleh Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang. Setiap daerah memiliki tenun khasnya sendiri yang digunakan untuk kimono, aksesori tradisional Jepang, serta pakaian dan aksesoris lainnya.

Nishijin Ori (Kyoto)

Tenun Seni Tradisional Budaya Jepang Sejarah Karakteristik Nishijin ori Kyoto
※ Gambar

Nishijin Ori adalah sebutan untuk kain sutra yang ditenun di Nishijin, sebuah daerah di Kyoto, yang dikenal sejak zaman Muromachi (1467-1477) saat pertempuran Onin. Nishijin Ori mencakup berbagai teknik tenun, dan ada 12 teknik seperti tsubusawa-ori dan tateni-shiki yang diakui sebagai kerajinan tradisional.

Di antara teknik-teknik tersebut, "Kinran" (金襴), yang menggunakan benang emas dan perak yang dilapisi dengan lembaran emas atau perak, serta teknik Nishijin Ori, menciptakan kain yang indah dan mewah. Nishijin Kinran ini menarik banyak perhatian dengan keindahannya. Dari tenun yang mewah ini, sampai tsumugi dan kasuri yang lebih sederhana namun tetap cantik, Nishijin Ori menawarkan berbagai macam jenis tenun yang dapat dinikmati.

👉 Beli Produk "Nishijin Ori" (Yahoo! Shopping)

Hon Oshima Tsumugi (Kagoshima)

Tenun Seni Tradisional Budaya Jepang Sejarah Karakteristik Hon Oshima Tsumugi Kagoshima
© K. P. V.B

Hon Oshima Tsumugi adalah kain sutra 100% yang memiliki warna dan kilau elegan, berasal dari daerah Amami di selatan Prefektur Kagoshima. Meskipun tsumugi umumnya menggunakan benang tsumugi yang tidak seragam ketebalannya, Oshima Tsumugi menggunakan benang sutra mentah. Proses pembuatan kain ini terdiri dari lebih dari 30 tahap dan memakan waktu antara enam bulan hingga satu tahun. Ciri khas utamanya adalah pola yang sangat detail yang ditenun dengan benang yang sudah diwarnai secara terpisah, dengan warna yang diatur untuk menghasilkan pola yang sempurna.

Motif khas dari Oshima Tsumugi adalah motif Tatsugou, yang menggambarkan ular berbisa habu yang merayap di atas daun cycad yang tumbuh di Amami. Selain itu, kain ini juga terkenal karena teksturnya yang ringan dan lentur, serta kemampuannya yang luar biasa untuk tidak mudah berkerut. Selain itu, Oshima Tsumugi sangat tahan lama, bisa dipakai hingga 150–200 tahun, yang juga merupakan salah satu keistimewaannya.

👉 Beli Produk "Oshima Tsumugi" (Yahoo! Shopping)

Yuuki Tsumugi (Ibaraki, Tochigi)

Tenun Seni Tradisional Budaya Jepang Sejarah Karakteristik Yuuki Tsumugi Ibaraki Tochigi

Yuuki Tsumugi adalah kain sutra yang menggunakan benang tsumugi yang diproduksi di daerah lembah Sungai Kinugawa yang terletak di Prefektur Ibaraki dan Tochigi. Proses pembuatannya melibatkan lebih dari 40 tahap, sebagian besar dikerjakan secara manual, menjadikannya salah satu kain yang sangat bernilai. Tiga tahap penting dalam prosesnya—memintal benang, mengikat benang untuk kasuri, dan menenun dengan alat tenun tradisional—telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda penting oleh negara Jepang dan didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda UNESCO pada tahun 2010.

Ciri khas dari Yuuki Tsumugi adalah teksturnya yang ringan, kemampuan insulasi yang sangat baik, dan kelembutannya di kulit. Motif khas dari kain ini adalah motif hexagonal berbentuk cangkang kura-kura, yang digambarkan sebanyak 80 hingga 200 kali dalam satu gulungan kain (sekitar 40 cm). Semakin banyak jumlah motif tersebut, semakin rumit dan presisi pola cangkang kura-kura yang dihasilkan, sehingga memerlukan keahlian yang mendalam.

👉 Beli Produk "Yuuki Tsumugi" (Yahoo! Shopping)

Kurume Kasuri (Fukuoka)

Tenun Seni Tradisional Budaya Jepang Sejarah Karakteristik Kurume Kasuri Fukuoka
(C) Asosiasi Pariwisata Prefektur Fukuoka

Kurume Kasuri adalah kain katun yang berasal dari wilayah sekitar Kota Kurume di Prefektur Fukuoka, yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda penting negara Jepang. Proses pembuatannya memakan waktu sekitar 30 tahap dan bisa berlangsung selama beberapa bulan.

Kurume Kasuri memiliki ciri khas pola yang buram atau mengabur serta tekstur katun yang nyaman, yang membuatnya sangat cocok untuk digunakan di musim panas karena bisa tetap sejuk, sementara di musim dingin tetap hangat. Seiring waktu, kain ini semakin nyaman di kulit dan semakin halus, serta sangat tahan lama dan dapat dicuci di rumah, yang menambah kepraktisannya.

Motif dasar dari Kurume Kasuri adalah pola "Yagasuri," yang berupa pola panah yang ditenun menggunakan benang yang diwarnai dengan warna biru dan putih. Saat ini, dengan kemajuan teknologi, berbagai pola lain juga dapat ditenun.

👉 Beli Produk "Kurume Kasuri" (Yahoo! Shopping)

Ojiya Chijimi (Niigata)

Tenun Seni Tradisional Budaya Jepang Sejarah Karakteristik Ojiya Chijimi Niigata

Ojiya Chijimi adalah kain linen yang terbuat dari serat ramie (choma) yang ditenun di sekitar Kota Ojiya di Prefektur Niigata. Kain ini merupakan pengembangan dari kain Etsuko-Jofu yang telah diproduksi sejak ribuan tahun yang lalu, dan bersama Etsuko-Jofu, telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda penting oleh negara Jepang dan terdaftar sebagai warisan budaya tak benda UNESCO pada tahun 2009.

Ciri khas dari Ojiya Chijimi adalah tekstur kerutan yang khas dan sifat serat linen yang sangat mudah melepaskan kelembapan, sehingga memberikan sensasi dingin dan segar, menjadikannya pilihan kain yang sempurna untuk musim panas. Selain itu, kain ini akan mengalami efek pemutihan alami ketika terkena salju setelah selesai ditenun, menghasilkan warna dan motif yang indah.

👉 Beli Produk "Ojiya Chijimi" (Yahoo! Shopping)

Daftar Isi

Survey[Survei] Liburan ke Jepang







Recommend