Apakah Anda mengenal lacquerware (atau "barang kerajinan lak"), salah satu kerajinan tradisional Jepang yang dikenal sebagai perwakilan negara ini dan disebut sebagai "JAPAN" dalam bahasa Inggris? Lacquerware adalah wadah berkualitas tinggi yang dibuat dengan melapisi cairan pernis dari pohon urushi pada wadah kayu secara berulang-ulang, menghasilkan kilau indah dan kesan mewah. Artikel ini akan memperkenalkan lacquerware, yang sering disebut sebagai "peralatan makan yang tumbuh" karena semakin sering digunakan, kilau dan transparansinya semakin meningkat. Mari kita kupas daya tarik lacquerware Jepang.
Ciri Khas Lacquerware Jepang
Lacquerware Jepang adalah wadah unik dengan kilau khas dan kesan mewah yang dibuat dengan melapisi cairan pernis dari pohon urushi pada wadah kayu. Sebagai salah satu kerajinan tradisional terkenal Jepang, lacquerware juga dikenal dalam bahasa Inggris sebagai "JAPAN". Selain itu, pernis memiliki sifat antimikroba dan anti-pembusukan yang kuat, serta meningkatkan daya tahan, sehingga lacquerware buatan tangan para pengrajin tidak hanya cantik tetapi juga ringan dan tahan lama.
Daerah penghasil lacquerware tersebar di seluruh Jepang, tetapi bentuk wadah, teknik pelapisan pernis, dan dekorasinya berbeda-beda tergantung daerahnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti jenis kayu yang tumbuh di masing-masing daerah, preferensi pengrajin, hingga perlindungan dari penguasa setempat terhadap pembuatan lacquerware. Berkat latar belakang yang beragam ini, lacquerware dari daerah yang bahkan berdekatan secara geografis dapat memiliki ciri khas yang benar-benar berbeda.
Proses Pembuatan Lacquerware
Lacquerware memiliki variasi harga, dari yang terjangkau hingga yang sangat mahal, yang perbedaannya ditentukan oleh tahapan pengerjaan pengrajin. Proses pembuatan lacquerware secara garis besar terdiri dari empat tahap utama. Meskipun setiap tahap memiliki beberapa langkah, keempat proses utama inilah yang menentukan karakteristik lacquerware. Memahami proses ini dapat membantu Anda membedakan produk yang asli dan berkualitas.
Pembuatan Kayu Dasar
Kayu dasar adalah wadah kayu dalam kondisi alami sebelum dilapisi pernis, dan pembuatnya disebut sebagai kiji-shi. Tidak semua jenis kayu cocok untuk proses ini. Di Jepang, kayu dengan tekstur halus dan permukaan licin seperti cedar, hinoki, pinus, zelkova, dan horse chestnut dari jenis pohon berdaun jarum telah digunakan sejak zaman dahulu.
Pembuatan Dasar
Pembuatan dasar adalah proses memperkuat wadah sebelum dilapisi pernis secara penuh. Metode yang digunakan berbeda di setiap daerah. Misalnya, retakan pada kayu dasar diisi dengan campuran pernis mentah (ki-urushi) dan serbuk kayu, atau dicampur dengan tanah setempat atau abu vulkanik yang dibakar. Kekuatan lacquerware sangat bergantung pada proses ini. Karena itu, saat membeli lacquerware, disarankan untuk memeriksa apakah proses dasar dilakukan dengan baik.
Pelapisan
Tahap utama dalam pembuatan lacquerware adalah pelapisan. Teknik pelapisan sangat beragam, dan beberapa teknik khas diwariskan di daerah tertentu. Biasanya, proses ini melibatkan tiga tahap: pelapisan awal, pelapisan tengah, dan pelapisan akhir. Jika tidak ada dekorasi tambahan, proses pelapisan selesai di tahap ini. Untuk memberikan kilau lebih atau memperhalus tekstur, dilakukan penyelesaian seperti roiro-shiage atau hana-nuri.
Dekorasi
Teknik dekorasi lacquerware umumnya terbagi menjadi empat jenis: maki-e, haku-e, chinkin, dan raden. Semua teknik ini menggunakan bahan seperti serbuk emas, serbuk perak, daun emas, daun perak, pernis berwarna, hingga potongan kerang untuk menciptakan pola yang indah. Banyak karya yang menunjukkan keindahan dan nilai seni yang tinggi.
Sejarah Lacquerware Jepang
Di Jepang, lacquerware telah digunakan sejak zaman Jomon. Salah satu temuan tertua di dunia adalah potongan sisir berlapis pernis yang berusia sekitar 7.500–7.200 tahun. Pada abad ke-8, berbagai teknik mulai bermunculan, dan pada akhir abad ke-8 hingga abad ke-12, teknik dekorasi seperti maki-e dan raden berkembang, menjadikan lacquerware dihiasi dengan ornamen mewah yang disukai oleh para bangsawan.
Mulai akhir abad ke-12, lacquerware mulai digunakan oleh samurai dan biksu untuk kebutuhan sehari-hari. Pada abad ke-16, lacquerware diekspor ke Eropa, termasuk produk dengan dekorasi maki-e dan raden. Selama periode Edo (abad ke-17 hingga ke-19), lacquerware menjadi populer di kalangan masyarakat umum dan berkembang pesat. Saat ini, lacquerware memiliki nilai seni yang diakui, dengan popularitas tinggi di kalangan kolektor internasional.
Daerah Penghasil Lacquerware sebagai Kerajinan Tradisional
Ada lebih dari 20 lokasi di Jepang yang diakui sebagai daerah penghasil lacquerware tradisional, mulai dari Tsugaru-nuri di Prefektur Aomori dan Joboji-nuri di Prefektur Iwate di utara hingga Ryukyu-lacquerware di Okinawa di selatan.
Secara khusus, Prefektur Ishikawa telah menjadi pusat produksi lacquerware sejak zaman Edo karena dukungan dari para penguasa wilayah. Prefektur Ishikawa memiliki tiga daerah terkenal sebagai penghasil lacquerware: "kiji no Yamanaka" (kayu dasar Yamanaka), "nuri no Wajima" (lapisan Wajima), dan "maki-e no Kanazawa" (dekorasi Kanazawa). Setiap daerah menciptakan lacquerware dengan karakteristik unik.
Tiga dan Empat Lacquerware Terbaik di Jepang
Tiga lacquerware Jepang yang paling populer adalah "Aizu-nuri," "Kishu-nuri," dan "Wajima-nuri/Yamanaka-nuri." Karena "Wajima-nuri" dan "Yamanaka-nuri" keduanya berasal dari Prefektur Ishikawa, keduanya digabungkan sebagai satu entitas dalam kategori ini meskipun memiliki karakteristik yang berbeda. Sementara itu, jika "Echizen-nuri" ditambahkan ke dalam daftar ini, maka disebut sebagai Empat Lacquerware Terbaik Jepang.
Aizu-nuri (Fukushima)
Aizu-nuri diproduksi di wilayah Aizu, Prefektur Fukushima. Keunggulannya terletak pada keindahan lapisan pernis dan dekorasi seperti maki-e. Selain itu, Aizu-nuri tahan terhadap air, panas, asam, dan alkali, serta sangat kokoh. Berbagai teknik pelapisan akhir yang membutuhkan keterampilan tinggi digunakan dalam produksinya. Salah satu teknik yang paling terkenal adalah hana-nuri, yaitu pelapisan pernis dengan tambahan minyak untuk menciptakan kilau.
Dekorasi khas Aizu-nuri adalah keshifun maki-e, teknik di mana pola digambar menggunakan kuas yang dicelupkan ke dalam pernis, kemudian dilapisi serbuk emas halus (keshifun) dengan kain sutra. Pola-pola keberuntungan seperti pinus, bambu, plum (shochikubai), serta panah keberuntungan (hamaya) adalah motif khas yang dikenal sebagai Aizu-e. Pola-pola ini sering dihiasi dengan warna biru dan kuning, menciptakan tampilan cerah dan menarik yang menjadi ciri khas Aizu-nuri.
Kishu-nuri (Wakayama)
Kishu-nuri berasal dari wilayah Kuroe di Kota Kainan, Prefektur Wakayama, sejak sekitar tahun 1400. Lacquerware ini, yang juga dikenal sebagai Kuroe-nuri, telah diwariskan secara turun-temurun dan dihargai sejak zaman Edo karena kepraktisannya. Ciri khasnya adalah desain yang sederhana dan daya tahan yang tinggi. Tidak seperti lacquerware lainnya, Kishu-nuri menggunakan kaki-shibu (larutan dari buah kesemek) dan lem (nikawa) sebagai lapisan dasar untuk menghemat penggunaan pernis berharga tanpa mengorbankan kekokohan.
enurut salah satu teori, asal-usul Kishu-nuri adalah Negoro-nuri, lacquerware yang awalnya dibuat oleh para biksu dari kuil Negoro-ji untuk keperluan sehari-hari. Karena dibuat oleh para amatir, Negoro-nuri memiliki ketidaksempurnaan dalam lapisan, di mana lapisan pernis merah terkelupas dan memperlihatkan lapisan hitam di bawahnya. Pola ini justru menjadi populer, sehingga produk dengan efek terkelupas seperti itu sengaja dibuat. Pada era Meiji, lacquerware bergaya Negoro-nuri diperbarui dengan tambahan dekorasi seperti maki-e dan chinkin. Kemampuan untuk terus berkembang sesuai dengan zaman menjadi salah satu ciri khas Kishu-nuri.
Lacquerware Yamanaka (Ishikawa)
Lacquerware Yamanaka, juga dikenal sebagai Yamanaka-nuri (山中塗), adalah produk lacquerware yang dibuat di daerah Yamanaka Onsen, Kota Kaga, Prefektur Ishikawa. Yamanaka dikenal sejak lama sebagai tempat tinggal banyak pengrajin kayu (kijishi), dan produksi kayu lathe (hikimono-kiji) (*1) di daerah ini merupakan yang terbesar di Jepang.
Ciri khas utama lacquerware Yamanaka adalah teknik tategi-dori, yaitu mengambil pola serat kayu sesuai dengan arah pertumbuhan alaminya untuk membentuk produk. Metode ini mencegah distorsi akibat pengeringan dan menghasilkan lacquerware yang kuat dan tahan lama.
Selain itu, teknik kashoku-biki (加飾挽き), yang menciptakan pola garis halus pada permukaan, adalah salah satu keunikan lacquerware Yamanaka. Teknik ini memberikan detail yang indah dan halus pada produk. Peralatan upacara teh yang dihias dengan makie mewah, yang diperkenalkan pada pertengahan periode Edo, juga mendapatkan penghargaan tinggi atas keindahannya.
*1: Hikimono-kiji adalah teknik membuat dan menghias alat makan atau dekorasi dengan memutar kayu pada mesin rokuro (lathe) sambil mengukirnya dengan pisau.
Wajima-nuri (Ishikawa)
Wajima-nuri adalah jenis pernis yang diproduksi di Kota Wajima, Prefektur Ishikawa. Keistimewaannya terletak pada keindahan lapisan pernis yang diaplikasikan secara teliti, dekorasi yang menawan seperti makie dan chinkin, serta daya tahan yang luar biasa. Kualitas tinggi ini dapat dipertahankan berkat aturan ketat yang ditetapkan untuk disebut sebagai Wajima-nuri.
Salah satu aturan tersebut adalah penggunaan "Wajima-jinoko" (輪島地の粉), yaitu bubuk tanah diatom yang dibakar dan diperoleh dari Semenanjung Noto. Selain itu, bagian kayu yang lemah diperkuat dengan kain (seperti rami atau kasa dingin) melalui proses "Nunokise" (布着せ). Hanya pernis alami dan bahan kayu tertentu yang boleh digunakan, sebagaimana diatur dalam spesifikasi yang sangat detail.
Aturan ketat ini memungkinkan Wajima-nuri menawarkan keindahan, sentuhan lembut, rasa nyaman di bibir, serta sifat antibakteri dan insulasi. Selain itu, produk ini memiliki struktur yang kokoh sehingga jika ada goresan atau kerusakan, produk ini dapat diperbaiki dan digunakan dalam jangka waktu yang lama. Wajima-nuri adalah barang yang "dipelihara seiring waktu."
Lacquerware Echizen (Fukui)
Echizen Shikki diproduksi di sekitar Kota Sabae, Prefektur Fukui. Ciri khasnya adalah kilau elegan, warna yang dalam dan indah, serta ringan dan tahan lama. Pada akhir periode Edo, teknik dekorasi seperti chinkin dan makie diperkenalkan. Sejak saat itu, produk pernis dengan dekorasi indah mulai diproduksi.
Sebelum era Meiji, produksinya berpusat pada barang bundar seperti mangkuk (marumono), tetapi setelah era Meiji, produk berbentuk persegi seperti kotak makanan bertingkat dan nampan (kakumono) juga dibuat. Saat ini, berbagai jenis wadah diproduksi.
Cara Menggunakan dan Merawat Produk Lacquerware
Cara Menggunakan Lacquerware
Lacquerware tahan terhadap asam, alkali, dan alkohol sehingga cocok untuk menyajikan berbagai jenis hidangan. Namun, produk ini tidak ideal untuk penyimpanan jangka panjang. Selain itu, lacquerware dapat mengelupas jika terkena suhu tinggi seperti dalam microwave, oven, atau air mendidih. Untuk hidangan cair atau panas, suhu antara 70–80°C adalah pilihan yang aman.
Saat menggunakan alat makan, hindari yang berbahan logam karena dapat merusak permukaan lacquerware.
Cara Merawat Lacquerware
Jika ada aroma khas saat pertama kali digunakan, lap lacquerware dengan kain lembut yang dicelupkan ke dalam air cuka encer, lalu bilas dengan air hangat. Untuk perawatan sehari-hari, gunakan deterjen netral dan spons lembut untuk mencuci lacquerware dengan lembut. Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kain lembut untuk menghindari sisa air. Mengeringkan dengan kain setelah dicuci dapat meningkatkan kilau permukaan lacquerware, jadi cara ini lebih dianjurkan dibanding membiarkannya kering secara alami.
Saat menyimpannya di rak, hindari menumpuk dengan piring keramik atau kaca karena dapat menyebabkan goresan. Sebaiknya tumpuk lacquerware dengan lacquerware lainnya, atau letakkan kain lembut atau tisu di antaranya untuk perlindungan tambahan.
Comments