Gempa bumi adalah hal biasa dalam kehidupan Jepang, dengan diadakannya latihan rutin dan aplikasi di ponsel, menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas sehari-hari. Meskipun hal ini mungkin tampak tidak biasa bagi pengunjung yang berasal dari negara yang tidak sering mengalami gempa, akan tetapi jika kamu berlibur ke Jepang, sebaiknya bersiap dan berjaga-jagalah akan kemungkinan terjadi gempa besar.
Gempa Besar Dalam Sejarah Masa Lalu Jepang
Di masa lalu, Jepang telah dilanda gempa bumi besar. Jepang yang juga merupakan tempat di mana mempunyai titik pertemuan beberapa lempeng benua dan samudera, merupakan area yang penuh dengan pergeseran dan aktivitas vulkanik. Walau kebanyakan dari gempa tersebut tidaklah begitu besar dan tidak begitu menimbulkan kerusakan yang parah.
Gempa Besar Kanto 1923
Masih merupapkan gempa terburuk dalam sejarah Jepang, Gempa Besar Kanto terjadi pada tanggal 1 September 1923. Mengguncang wilayah Kanto termasuk Tokyo, dengan skala richter 7,9, dengan korban jiwa sekitar 140.000 orang.
Gempa Besar Hanshin
Terjadi di pagi hari tanggal 17 Januari 1995, Gempa Hanshin atau Awaji melanda Pulau Awaji, dekat kota Kobe dengan kekuatan 7,2 skala richter. Walau goncangannya hanya berlangsung 20 detik, lebih dari 6.000 orang tewas - mayoritas dari penduduk di wilayah Kobe.
Gempa Besar Jepang Timur
Gempa yang berlangsung selama 6 menit dan mencapai dengan skala richter 9 - 9,1, Gempa Besar Jepang Timur, terjadi pada tanggal 11 Maret 2011, yang memicu bencana Tsunami yang dahsyat. Pusat gempa berada di Samudra Pasifik di luar wilayah Tohoku dan merupakan gempa terkuat yang pernah tercatat di Jepang. Hampir 20.000 orang tewas dan mengakibatkan kerusakan pada PLTN Fukushima, menyebabkan ribuan orang dievakuasi, banyak di antaranya secara permanen.
Sistem Pengukuran Gempa Jepang
Hal unik di Jepang, Skala Shindo adalah sistem pengukuran gempa yang mengukur dengan rinci dampak fisik dari gempa. Ini tidak sebanding dengan skala pengukuran untuk energi yang dikeluarkan oleh gempa bumi, seperti Moment Magnitude (Mw) atau Skala Richter. Sebagai gantinya, ia mengukur permukaan yang bergetar di berbagai area. Skala ini awalnya empat tingkat ketika dimulai oleh Badan Meteorologi Pusat pada tahun 1884, sebelum ditingkatkan menjadi tujuh tingkat pada tahun 1898.
Tujuh Skala Shindo
Tujuh tingkat dalam skala shindo ini memiliki faktor berdasarkan dampaknya terhadap orang, bangunan, utilitas, dan lainnya. Tujuh level dasar adalah 1s/d 7, dengan level tambahan antara lima dan enam:
Satu: Tidak terasa oleh kebanyakan orang dan tidak terlihat getaran di sebagian besar bangunan.
- Dua: Terlihat di beberapa gedung yang lebih tinggi dengan beberapa goncangan.
- Tiga: Terasa oleh kebanyakan orang yang berada di dalam ruangan, mungkin juga di luar ruangan, ada juga jika sedang tidur, akan terbangun. Bangunan akan bergetar tetapi dengan kerusakan minimal.
- Empat: Orang akan ketakutan, barang-barang berjatuhan, kabel listrik akan berayun, kemungkinan gangguan listrik dan beberapa kerusakan pada bangunan yang tidak tahan gempa.
- Lima-: Kebanyakan orang akan berlarian keluar mencari selamat, beberapa orang mungkin akan mengalami kesulitan bergerak. Perabotan akan bergerak dan jendela bisa pecah, dengan kerusakan pada bangunan yang rendah tahan gempa, beberapa batu berjatuhan.
- Lima+: Kemungkinan banyak orang yang akan sulit untuk bergerak atau pindah tempat, furnitur yang lebih besar dapat jatuh dan pintu sulit dibuka. Mobil akan sulit bergerak, rumah yang kurang tahan gempa mengalami kerusakan parah, dan berpengaruh juga pada gas dan air.
- Enam-: Sulit untuk berdiri dan furnitur besar akan roboh, tiang listrik dapat jatuh menyebabkan kebakaran. Rumah yang kurang tahan gempa bisa runtuh, layanan terganggu dan retakan bisa muncul di permukaan tanah.
- Enam+: Goncangan gempa yang hebat membuat orang susah untuk berdiri, pohon bisa tumbang dan jembatan atau jalan rusak. Rumah akan runtuh atau rusak tergantung pada tingkat resistensi, layanan rusak dan retakan muncul dengan tanah longsor.
- Tujuh: Orang-orang terlempar oleh goncangan dan sebagian besar bangunan runtuh atau rusak. Semua layanan terganggu dan tanah terdistorsi, dengan retakan dan tanah longsor di seluruh area.
Arsitektur Tahan Gempa Jepang
Mengingat frekuensi gempa bumi yang kuat di Jepang, mungkin kamu akan kaget dengan mengetahui bahwa kerusakan pada bangunan besar tidaklah begitu parah. Hal ini disebabkan oleh peraturan mendirikan bangunan yang ketat dan desain tahan gempa yang kompleks. Jika pada bangunan tradisional sambungan kayu digunakan untuk memberikan kelenturan saat terjadi gempa, bangunan modern harus mematuhi peraturan yang ketat. Peraturan ini telah diperbarui pada tahun 1971, 1981, 1995, 2000 dan 2009 dan tergantung pada elemen seperti ukuran, bahan dan pondasi.
Ada dua faktor utama dalam teknologi tahan gempa: Isolasi Getaran (防震), yang juga dikenal sebagai peredam, dan Isolasi Seismik (免震). Yang pertama berfokus pada meminimalkan gerakan seismik dengan menempatkan dinding penyerap di dalam struktur, yang berpotensi mengurangi gerakan hingga 80%. Isolasi Seismik bergantung pada struktur penyerap gempa di dalam fondasi bangunan, sering kali menggunakan kombinasi balok karet, pegas, bantalan bola, dan barang-barang lainnya. Hal ini dapat mengurangi intensitas kerusakan sekitar sepertiga hingga seperlima.
Cara Mempersiapkan diri dari Gempa di Jepang
Karena gempa bumi adalah kejadian umum dan bisa menjadi parah, sangat penting untuk bersiap menghadapinya. Jika kamu sedang menginap di hotel, penting untuk mengecek prosedur dan tempat berkumpul saat evakuasi jika terjadi gempa (setiap kamar hotel menyediakan pamflet tentang informasi ini) dan pastikan untuk memeriksa rute. Jika kamu menginap di akomodasi pribadi, cek tempat evakuasi terdekat.
Ada aplikasi yang dapat diunduh tentang peringatan dan alarm serta saran tentang apa yang harus dilakukan dan ke mana harus pergi. Disarankan untuk menggunakan aplikasi online seperti Line yang diperlengkap setelah bencana gempa maret 2011 agar tetap bisa saling berkomunikasi, karena meskipun fasilitasnya lebih terbatas, fitur ini didesain agar bisa lebih bisa tahan selama mungkin.
Tas Emergency : Barang apa saja yang harus dimasukkan
Menyiapkan Tas Gempa sangat penting dan ada banyak daftar barang yang harus dimasukkan ke dalam tas emergency ini. Tas berbentuk ransel sangat ideal karena mudah dibawa sambil menjaga tangan tetap bebas, yang penting jika kamu maih tetap menavigasi medan yang sulit, mendaki atau membawa anak-anak bersama.
Berikut hal-hal yang harus disertakan:
Pakaian: Setidaknya satu baju ganti ditambah pakaian tebal dan tahan air.
- Makanan: Pilih makanan yang mudah disiapkan dengan masa simpan yang lama seperti mi instan, energy bar, makanan kaleng, makanan dehidrasi, atau makanan darurat khusus.
- Air: Botol air berat tetapi vital dan juga dapat diisi ulang. Disarankan untuk memiliki satu galon per orang.
- Teknologi: Paket baterai tambahan, pengisi daya, baterai, dan kabel.
- Alat: Barang-barang sederhana seperti pembuka kaleng dan korek api, atau alat multi fungsi.
- Senter dan Peluit: Penting untuk keselamatan dan memperingatkan orang-orang tentang lokasimu.
- Perlengkapan P3K: Perlengkapan yang lengkap dapat menjadi sangat penting untuk mengobati luka atau cedera ketika tidak adanya bantuan medis,
- Perlengkapan Kebersihan: Barang-barang seperti tisu, tisu antibakteri, masker, pembersih tangan, dan toilet portabel (sering digunakan oleh orang yang berkemah) juga bagus.
- Perlengkapan tempat berlindung: Ini dapat mencakup tenda darurat, paket pemanas, dan selimut darurat jika Anda membutuhkan tempat berteduh.
- Uang tunai: Karena bank kemungkinan besar tidak tersedia, memiliki sejumlah uang tunai dapat menjadi penting, terutama selama keadaan darurat yang berkepanjangan.
- Dokumen Pribadi: Pastikan salinan atau dokumen asli ID, kartu tempat tinggal, asuransi, visa, dan perjanjian sewa disimpan jika kamu tidak dapat masuk ke rumah.
- Barang Pribadi: Merupakan ide yang baik untuk memasukkan kacamata cadangan, obat-obatan, dan barang-barang sentimental di satu tempat sehingga kamu tidak perlu khawatir mengumpulkan barang-barang dalam keadaan darurat.
Apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempa di Jepang
Jika kamu sedang berada di Jepang saat gempa bumi terjadi, ada beberapa tindakan sederhana yang dapat dilakukan tergantung di mana kamu sedang berada dan juga kekuatannya.
Selama Gempa Berlangsung
Aturan sederhana akan diberlakukan, melindungi tubuh dan berpegangan dengan baik untuk mengingat apa yang harus dilakukan selama gempa. Merebahkan diri ke tanah akan mencegah jatuh terjembab, sambil menutupi kepala dan leher dengan tangan atau tas untuk melindungi dari benda jatuh. Jika memungkinkan, berpeganglah pada sesuatu untuk mengindari diri dari terlempar oleh getaran yang sangat kuat. Banyak gempa bumi hanya berlangsung beberapa detik tetapi gempa besar yang diprediksi dapat berlangsung beberapa menit dan menjadi semakin parah. Jika kamu sedang berada di transportasi umum, yang terbaik adalah menjauh dari jendela, sama halnya juga dengan ketika berada di dalam bangunan, dan menunggu instruksi. Pengemudi idealnya harus segera menepi dan menjauh dari kabel listrik, pohon atau jembatan. Jika kamu meninggalkan mobil, biarkan mobil tidak terkunci dengan kunci agar petugas penyelamat dapat memindahkannya.
Setelah Gempa Terjadi
Ketika gempa telah berakhir, ada banyak potensi risiko yang harus dipertimbangkan. Jika kamu sedang berada di tepi laut, daripada menunggu alarm tsunami, segeralah pergi ke tempat yang lebih tinggi. Jika sedang berada di dalam gedung, pergilah ke luar tetapi jangan gunakan lift, dan bersiaplah untuk gempa susulan. Ada tempat evakuasi di setiap kota, sering kali terletak di sekolah, taman atau gedung pemerintah. Jika perlu, pergilah ke salah satu dari tempat tersebut atau pergi ke ruang terbuka seperti taman. Dalam idealnya, bawa serta tas daruratmu.
Comments