Di Jepang, Higan (彼岸 / Higan) adalah salah satu istilah kata yang paling umum yang digunakan di bulan Maret dan September. Ia juga memiliki makna mistis dan dikaitkan dengan nama bunga terlarang. Jadi apa yang dimaksud dengan Higan? Hari ini kita akan menjelajahi segala sesuatu yang berhubungan dengan kata ini.
Sekilas tentang Higan
Higan (彼岸) adalah terjemahan dari Haramitsu (波羅蜜 / はらみつ), diambil dari bahasa Sansekerta. datang dengan agama Buddha dari Cina, Haramitsu secara etimologi adalah "kesempurnaan" yang merupakan akar dari kata Baramee, yang mengacu pada akumulasi latihan untuk mencapai nirwana di masa depan. (Menurut kepercayaan Jepang dan Cina, adalah untuk pencerahan sebagai Buddha di masa depan)
Saat ini, istilah Higan digunakan untuk merujuk pada periode ketika pergerakan matahari bertepatan dengan ekuator Bumi. Hari terjadinya kejadian tersebut disebut dengan Hari Ekuinoks. Hari Ekuinoks ini dalam setahun terjadi dua kali, yaitu Hari Ekuinoks Musim Semi, yang dalam bahasa Jepang adalah Shunbun No Hi (春分の日), yaitu sekitar tanggal 19 atau 20 Maret (berubah tergantung tahun, terutama tahun dengan tanggal 29 Februari) dan Hari Ekuinoks Musim Gugur, atau dalam bahasa Jepang, Shubun No Hi (秋分の日), yaitu antara tanggal 22 atau 23 September (berubah tergantung tahun).
Akan tetapi seperti yang telah disebut di awal artikel. Higan tidak merujuk langsung ke tanggal fenomena astronomi, tetapi mengacu pada periode di sekitar tanggal itu, menghitung 3 hari sebelum dan sesudah, dengan total 7 hari.
Seberapa pentingkah periode Higan?
Dalam agama Buddha, ini adalah waktu ketika matahari terbit dan terbenam bersesuaian dengan timur-barat. Siang dan Malam adalah sama oleh karena itu percayalah bahwa Ini adalah periode ketika roh dari alam berbeda (あの世 / Ano yo) dapat mengunjungi dunia, mirip dengan periode Obon, tetapi itu adalah kepercayaan yang hanya berasal dari Jepang. Cina dan India tidak memiliki keyakinan ini.
Oleh karena itu, selama waktu itu pada beberapa kuil, diadakan upacara pembacaan Sutra Vajrasattika Prajna Paramita (金剛般若波羅蜜多経 / Kongo Hannya Haramitsu Kyo) , dan karena Shunbun No Hi dan Shubun No Hi masih merupakan hari libur nasional. (Terutama Shubun No Hi akan berada di dekat Hari Penghormatan Penatua. Oleh karena itu, ini adalah hari libur panjang yang dikenal sebagai Silver Week). Membuat persembahan untuk kerabat yang telah meninggal. Akan tetapi itu tergantung pada tradisi keluarga, bisa juga diduplikasi dengan Obon yang ada reuni keluarga dan pergi berziarah ke makam pada bulan Agustus.
Item Pada Periode Higan
Sesajen populer saat berziarah ke makam adalah botamochi (ぼたもち) dan ohagi (おはぎ), yang keduanya berbentuk mirip. Tetapi bahan dan waktu pembuatannya akan berbeda tergantung pada apakah musim semi higan (Botamochi) atau musim gugur (Ohagi).
Selain itu, bunga yang mekar selama periode tersebut juga disertakan sebagai bunga yang masuk dalam tradisi higan. Seperti yang telah diketahui bunga higan musim semi adalah bunga higan zakura (彼岸桜/ ひがんざくら), dan bunga higan periode hikan musim gugur adalah Red Spider Lily, yang dalam bahasa Jepang dikenal sebagai Higanbana (彼岸花).
Higanbana, Bunga Terlarang
Bunga Higanbana mekar selama hikan musim gugur. Salah satu hal menarik di Jepang untuk dilihat pada bulan September karena ada begitu banyak tempat untuk melihat bunga ini. Tapi di masa lalu itu disebut Bunga Kematian, Bunga Neraka, Bunga Hantu, Bunga Racun, Bunga Pembawa Nasib Buruk. Dan juga merupakan bunga terlarang, yaitu jangan ditanam, jangan dipetik, jangan digunakan.
Sebenarnya dari semua itu, alasannya sangat sederhana, bunga ini sangat beracun. Oleh karena itu, ada berbagai larangan, termasuk memberi nama yang menakutkan atau berbahaya. untuk mencegah anak-anak atau orang yang tidak tahu untuk menyentuhnya.
Akan tetapi bunga ini banyak ditemukan di kuburan. Alasannya adalah toksisitasnya melindungi kuburan dari serangga atau tahi lalat. Oleh karena itu, orang-orang populer menanamnya di kuburan untuk tujuan itu. Adapun kebanyakan oprang tidak mengetahui tentang latar belakangnya, mereka akan berpikir bahwa bunga-bunga ini suka tumbuh saat orang mati. menjadi bunga orang mati dan juga bunga ini banyak bermekaran selama periode Higan, konon disebut sebagai periode dimana terbukanya gerbang neraka. Dan itu semakin memperkuat keyakinan tersebut.
Dalam bahasa bunga, Higanbana juga berarti "nafsu", "kenangan sedih", "kesepian", "bertemu lagi", "menyerah", "hanya memikirkanmu", "Tunggu sampai hari kita bertemu lagi", dll. Ya, bahasa bunga ini juga digunakan sebagai bagian dari banyak manga dan anime seperti Inuyasha dan Demon Slayer.
Saat ini, karena ilmu pengetahuan yang maju, semakin diketahui tentang racun dan bagaimana melindungi diri dari keracunan. Beberapa tempat telah dipromosikan tentang kepercayaan pada bunga baru ini. Termasuk penggunaan nama Manjushage (曼珠沙華 / まんじゅしゃげ), yaitu dalam kepercayaan agama Buddha bahwa itu adalah nama bunga yang mekar di surga. Konon berasal dari kata Sansekerta yang berarti "bunga merah". Tentu saja, di kuil dan taman di mana bunga ini menjadi nilai jual, orang banyak menyebutnya dengan nama ini.
Secuil Kisah Rahasia Tentang Higanbana
Nenek menyukai bunga Higanbana.
Dan tampaknya kakek, ketika dia masih hidup, sangat menyukai higanbana. Entah sejak kapan nenek pun menyukainya.
Kakek meninggal 5 tahun yang lalu dikarenakan sakit.
Dia sangat mudah diajak bicara dan sangat baik.Ketika dia masih muda, dia akan membawaku ke sungai untuk bermain ikan dan bermain di air.
Kami juga pergi menangkap serangga bersama-sama.
Meskipun nenek tahu bahwa membawa bunga tersebut dilarang, di masa higan nenek selalu membawa bunga higanbana untuk memberi penghormatan yang disimpan di rak Buddha.
“Karena ini bunga kesukaan kakek,” lalu ia tersenyum lebar.
Kemudian pada hari itu Nenek menoleh ke rak Buddha dan berbicara sesuatu.
Saya pikir nenek sedang berbicara dengan kakek yang sedang kembali mengunjungi dunia manusia selama periode Higanbana.
Jadi saya tidak memperhatikan apa yang nenek bicarakan.
Namun tahun ini ada yang sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Saya terbangun di tengah malam karena perut saya sakit jadi saya bangun untuk pergi ke kamar mandi.
Setelah menuruni tangga, berjalan menyusuri koridor. Saya bisa mendengar percakapan datang dari kamar tempat berdoa. Terdengar suara nenek.
“Bukannya sekarang sudah larut malam?” dengan penasaran saya mendekati kamar itu.
Akan tetapi saya sadar bahwa, suara tadi bukannya suara nenek, terdengar juga suara laki-laki.
"Ayah? tapi suaranya kurang familiar... Suara siapa itu?"
Jadi saya diam-diam menggeser dan membuka pintu pelan-pelan.
Terlihat nenek sedang berada di kamar, dengan kakek yang sudah meninggal.
Keduanya mengobrol dengan riang.
Melihat sosok yang terlihat di depan mata, saya tidak merasa takut, sebaliknya, saya merasa senang bisa melihat wajah kakek yang sudah lama tidak saya lihat.
Kemudian kakek bangun dan menoleh ke arahku.
Kakek menatapku dengan senyum penuh di wajahnya.
Tak terasa air mata tumpah.
Kakek terlihat dalam keadaan yang sama seperti dalam semua ingatan.
Tapi begitu menyeka air mata dan memasuki ruangan. Kakek sudah tak terlihat lagi.
“Nek, apa yang nenek bicarakan dengan kakek?” Saya bertanya kepada nenek, memang pertanyaannya terdengar aneh ya?
“Kakek akhirnya datang untuk menjemput Nenek.” “Hah?”
Nenek mengalihkan pandangannya dari saya yang masih bingung dengan apa yang dia bicarakan.
"Sudah larut, ayo tidur." Nenek tertawa dan berjalan ke kamar tidur.
Saya baru sadar bahwa saya harus pergi ke toilet. Jadi saya bergegas pergi ke toilet dan kemudian kembali tidur.
Ketika bangun di keesokan hari, saya masih ingat apa yang terjadi tadi malam.
"Mustahil kakek menjemput nenek!"
Saya bangun dan bergegas turun. Tapi ketika saya bertemu nenek, ternyata nenek masih dalam keadaan sehat seperti biasanya.
Saya ingin bertanya tentang kejadian tadi malam, tetapi nenek sibuk menyiapkan sarapan dengan kerabat, dan pada akhirnya, jadi saya tidak jadi bertanya kepada nenek.
Setelah itu kami kembali pulang ke rumah masing-masing.
Sebulan kemudian nenek meninggal setelah karena penyakit kanker.
Tampaknya selama ini nenek telah menyembunyikan hal ini dari kerabat dan saya.
Saya tidak yakin apakah yang nenek katakan saat itu benar atau tidak. Tapi saya sekarang percaya sekarang bahwa nenek mungkin akan pergi dengan kakek dan menghabiskan waktu bersama di sana.
Higan tahun depan saya ingin membawakan bunga Higanbana untuk menghormati mereka berdua di rak Buddha.
Bahasa bunga higan adalah "Saya akan menunggu sampai di hari kita bertemu."
Artikel Terkait:
- Hari Ekuinoks Musim Semi/ Shunbun no Hi, Hari Libur Nasional Jepang di Bulan Maret - Hari diumumkan datangnya musim semi
- Hari Ekuinoks Musim Gugur/ Shubun no Hi, Hari Libur Nasional Jepang di Bulan September
- 5 Pilihan Tempat Menarik Untuk Menikmati Bunga ”Red Spider Lilies”(Bakung Lelabah Merah)
- Higanbana - Bunga Merah Musim Gugur Ekuinoks
Comments